REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hilangnya memori berbeda dengan kasus kelupaan biasa. Seseorang mungkin tidak dapat mengingat sedikit atau banyaknya peristiwa dan kenangan penting di masa lalu. Sejumlah kondisi dapat menyebabkan hilangnya memori pada seseorang, mulai dari cedera otak, trauma, hingga gangguan emosi seperti depresi dan stres akut.
Sebagian besar kondisi ini dapat diobati. Mungkin suatu waktu memori tersebut dapat kembali atau mungkin akan tetap hilang secara permanen, tergantung pada penyebab dan pengobatannya. Selain pengobatan yang tepat, sesungguhnya yang paling penting untuk diperhatikan ialah kondisi mental penderita hilangnya memori itu sendiri.
Ketika seseorang kehilangan memori, pastinya hal ini dapat mengganggu dan mempengaruhi setiap aspek kehidupannya. Kehilangan memori dapat membuat seseorang merasa kebingungan, sendirian, marah pada situasi yang membuatnya sulit.
Berdamai dengan kehilangan memori memang sangat sulit dilakukan, bahkan bagi anggota keluarga dan teman dekat yang harus turut beradaptasi dengan hilangnya memori seseorang. Namun, bukan berarti hal tersebut mustahil dilakukan.
Seperti yang dialami Zen Toronto, seorang wanita Indonesia yang berhasil melawan kehilangan memori dengan cara menulis jurnal dan buku sebagai self-healing dan unlock self-motivation. Saat ini, Zen Toronto telah berhasil menjadi Amazon Bestselling Author untuk personal transformasi dan spiritualitas.
Sebagai seorang penyintas yang berhasil memerangi memory loss atau kehilangan memori, Zen Toronto melalui bukunya menunjukkan kepada pembaca bahwa tidak peduli sesulit apa pun yang kita hadapi dalam hidup, adalah mungkin untuk membangun kembali kehidupan yang bermakna dengan rantai efek positif abadi.
Dia bercerita bagaimana dirinya memerangi kehilangan memori hingga menjadi bestselling author.
“Beberapa tahun lalu, akibat stres yang ekstrim membuat saya collapsed dan terbangun dengan kehilangan ingatan. Panik menyergap, rasanya bagaikan tersesat di lautan horor tak berujung. Tapi apakah hal itu membuat saya menyerah dan meratapi nasib? Jawabannya tidak, tidak akan,” paparnya dalam keterangan persnya, Jumat (3/6/2022)
Sejak saat itu, Zen merasa hidupnya merupakan perjalanan tanpa akhir untuk mengeksplorasi dan mencoba berbagai teknik demi meningkatkan daya ingat, serta membangun kembali kehidupan yang bermakna. Berbagai macam terapi telah dijalaninya, tetapi pada akhirnya dia harus mengakui bahwa menulis adalah alat terapi terbaik untuk meraih kembali ingatan yang hilang.
Dia mengungkapkan bahwa dengan menulis jurnal, dirinya dapat melacak momen-momen penting saat itu terjadi dan tetap termotivasi. Hal tersebut kemudian tanpa disadarinya menciptakan terapi yang efektif untuk penyembuhan diri, dan membantu dia untuk membangun kembali kehidupan yang bermakna.
“Bagi sebagian orang-orang seperti saya yang pernah merasa kesulitan dan tertekan karena kehilangan memori, ini rasanya lebih buruk daripada kematian. Saat ini pun ingatan saya belum sepenuhnya pulih, short memory saya belum berfungsi. Namun hal ini tidak membuat saya menyerah dan hanya meratapi nasib,” kata Zen.
Zen mengakui bahwa kehilangan memori memang membuat dirinya hancur, tetapi pada saat yang sama juga terberkati. Karena setelahnya, dia berhasil menulis puluhan buku dan bahkan menjadi bestselling author. Dengan itu, dia memutuskan untuk terus menulis demi menyembuhkan dirinya sendiri dan menginspirasi setiap orang yang mengalami hal serupa.
“Saya akan terus menulis, sebagai bentuk self-healing dan juga motivasi bagi siapa pun yang mengalami masalah serupa. Dan yang paling penting, untuk mengingatkan diri dan orang lain bahwa meskipun kehilangan memori terasa lebih buruk daripada kematian, selama hayat dikandung badan, menyerah bukanlah opsi. Jangan pernah lupa bahwa sesungguhnya dalam kegelapan kita bisa melihat cahaya dengan lebih baik,” pungkasnya.
Beberapa buku Zen Toronto yang telah menjadi bestselling di Amazon di antaranya ialah Angelic Ho'oponopono: The Secret Code to Recreate Your Destiny, RAS: The Secret Code of Manifestation, Relationship Map, dan Time Heals Nothing. Meskipun beberapa buku transformasi personal tersebut berhasil menjadi bestselling, Zen mengatakan belum pernah menerbitkan buku-bukunya di Indonesia.
Maka dari itu, untuk buku terbarunya kali ini, Zen membuka pintu lebar-lebar untuk para penerbit di Indonesia. Buku terbarunya yang akan terbit ini berjudul BROKEN AND BLESSED: How I Combatted Memory Loss and Became a Bestselling Author.
Dalam bukunya ini, Zen mencoba berbagi semua langkah, bagaimana dirinya meraih kembali ingatan melalui penulisan terapeutik sampai dia menjadi penulis bestselling. Dia berharap buku terbarunya ini dapat membantu para pembaca untuk tetap bersemangat. Tidak hanya meraih kembali ingatan yang hilang, tetapi sekaligus meraih kesempatan untuk menjadi penulis.
Di samping kesibukannya sebagai penulis, Zen Toronto adalah seorang filantropis yang menyumbangkan royalti dari buku-bukunya ke Yayasan Rumah Pejuang Kanker anak-anak di Bandung, Indonesia sebagai bukti cinta dan kepeduliannya terhadap kemanusiaan.
Dia mengungkapkan bahwa akun media sosial Instagram-nya @zen.toronto selalu terbuka untuk menerima pesan dari para pembaca, baik berdiskusi tentang literasi maupun kehilangan memori. Kini buku-bukunya dapat diperoleh secara online dan tersedia di Amazon dan Google Play.