REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Lembaga pemeringkat global Fitch Ratings memberikan 'A+' untuk peringkat mata uang asing jangka panjang China. Badan tersebut mengatakan peringkat ekonomi terbesar kedua di dunia itu didukung oleh keuangan eksternal yang kuat dan kinerja makroekonomi yang tangguh.
Meski wabah varian omicron virus corona tampaknya sebagian besar sudah terkendali, namun aktivitas bulanan telah turun ke level terendah sejak awal 2020. Sektor properti tetap lemah, kata badan tersebut dalam sebuah pernyataan, Kamis (2/6/2022).
"Langkah-langkah pengendalian Covid-19 yang diadopsi untuk mengekang wabah varian omicron telah menyebabkan gangguan mobilitas yang meluas sejak pertengahan Maret, termasuk perpanjangan lockdown pusat perdagangan Shanghai," tambah Fitch Ratings.
Peringkat China dibatasi oleh risiko stabilitas fiskal dan makro-keuangan yang terkait dengan sektor nonpemerintah negara yang sangat berutang, ungkap lembaga keuangan itu.
Peningkatan risiko keuangan makro yang berkelanjutan, kegagalan untuk mempertahankan pertumbuhan kredit dan peningkatan rasio utang pemerintah/PDB merupakan faktor yang dapat menyebabkan tindakan pemeringkatan negatif. Fitch mengatakan pihaknya memperkirakan ekonomi China tumbuh sebesar 4,3 persen tahun ini, turun dari 8,1 persen pada 2021.