Mahasiswa UGM Kembangkan Cairan Penetral Bau Sampah
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Mahasiswa Fakultas Biologi UGM, Raina Nura Anindhita, mengolah air lindi menjadi formula menetralkan bau sampah bernama Eco Lindi. | Foto: Dokumen
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Cairan yang dihasilkan dari paparan air hujan tumpukan atau air lindi sampah masih jadi persoalan lingkungan. Tidak hanya menimbulkan bau tidak sedap, membahayakan lingkungan dan berdampak kesehatan jika tidak diolah secara benar.
Hal ini yang mendorong mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Raina Nura Anindhita, mengubahnya jadi sesuatu yang bernilai guna. Raina sukses mengolah air lindi justru jadi formula menetralkan bau sampah bernama Eco Lindi.
Ia menerangkan, Eco Lindi dikembangkan dari air lindi yang dicampur dengan sisa air tebu (molase), asam sulfat, dan katalis organik. Hasilnya, terbukti mampu menghilangkan bau tidak sedap yang biasanya ditimbulkan dari tumpukan sampah.
Raina menjelaskan, pembuatan Eco Lindi sebenarnya cukup sederhana dan terbilang mudah. Air lindi, molase, asam sulfat, katalis dicampur dalam satu wadah kedap udara atau tangki. Dalam satu hari, bisa memproduksi 10 ribu liter Eco Lindi.
Sedangkan, lanjut Raina, untuk penggunaan cairan hanya disemprotkan ke timbunan sampah. Gadis asal Desa Prasung, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo tersebut menekankan, kurang dari 10 menit Eco Lindi akan bereaksi menetralkan bau sampah.
"Reaksinya sekitar 3-10 menit setelah disemprotkan ke sampah tidak tercium bau lagi," kata
Eco lindi telah diujicobakan untuk mengatasi persoalan bau di tempat pembuangan akhir (TPA) dan lingkungan pasar. Selain itu, Eco Lindi sudah diujicobakan di peternakan. Hasilnya, formula penetral bau itu dinyatakan aman untuk ternak.
Ia menuturkan, formula ini tidak cuma dapat diaplikasikan di semua limbah yang memproduksi bau, tapi dapat pula digunakan sebagai pupuk. Raina mengungkapkan, Eco Lindi yang berhasil dikembangkannya berasal pula dari dorongan sang ayah.
Kala itu, ayah Raina sempat menjabat sebagai kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo. Kemudian, ayah Raina menantangnya untuk ikut mencari solusi atas persoalan sampah di TPA, terutama mengatasi bau sampah.
Sebenarnya, selama ini penetralan bau sudah ada. Namun, proses penetralan bau dan komposting yang biasa dilakukan butuhkan waktu cukup lama sekitar 6-8 pekan. Karenanya, sang ayah menantang Raina untuk mempersingkat waktu menghilangkan bau
"Setelah melalui diskusi dan berbagai kajian akhirnya ketemulah formulasi Eco Lindi ini," ujar Raina.
Inovasi yang dikembangkan Raina ini tidak hanya memberikan alternatif solusi dalam mengatasi persoalan lingkungan hari ini. Namun, juga berhasil menyabet penghargaan Trash Control Heroes dari Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali.