Jumat 03 Jun 2022 17:07 WIB

Surabaya Siapkan Strategi Tekan Harga Bahan Pokok

Tingkat infasi tahun kalender Jatim hingga Mei 2022 sebesar 2,79 persen.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Friska Yolandha
Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat terjadinya inflasi sebesar 0,49 persen pada Mei 2022, didorong kenaikan harga sejumlah bahan pokok dan transportasi saat Lebaran 2022.
Foto: ANTARA/Raisan Al Farisi
Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat terjadinya inflasi sebesar 0,49 persen pada Mei 2022, didorong kenaikan harga sejumlah bahan pokok dan transportasi saat Lebaran 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat terjadinya inflasi sebesar 0,49 persen pada Mei 2022, didorong kenaikan harga sejumlah bahan pokok dan transportasi saat Lebaran 2022. Berdasarkan catatan tersebut, tingkat infasi tahun kalender Jatim hingga Mei 2022 sebesar 2,79 persen, dan tingkat infasi tahun ke tahun (Mei 2022 terhadap Mei 2021) tercatat 4,24 persen.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkot Surabaya, Irvan Widyanto mengaku telah menyiapkan sejumlah strategi menekan kenaikan harga bahan pokok seiring tingginya angka inflasi tersebut. "Kita diskusikan dan rapat koordinasi yang hasilnya kita bawa ke Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Ketika kondisinya sudah kita petakan, selanjutnya kita diskusikan bagaimana caranya untuk stabilisasi harga" kata Irvan Widyanto, Jumat (3/6/2022).

Baca Juga

Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam Kota Surabaya, Dewi Wahyu Wardani menjelaskan, dalam rapat koordinasi yang digelar, telah dilakukan pemetaan maupun rumusan strategi untuk menekan kenaikan harga komoditas bahan pokok. Salah satunya adalah menjalin kerja sama dengan daerah penghasil komoditas tersebut.

"Jadi yang pertama memang harus dipetakan barang-barang komoditas yang naik. Yang terpenting adalah kita melakukan kerja sama dengan kota/ kabupaten penghasil komoditas," kata Dewi.

Dewi menerangkan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Surabaya sebenarnya sudah bisa mengantisipasi kenaikan harga komoditas pangan seperti cabai rawit. Antisipasi itu dilakukan satu bulan sebelum panen atau mendekati Hari Raya Idul Adha.

"Jadi satu bulan sebelumnya sudah kita lakukan antisipasi bersama-sama dengan perangkat daerah. Nah, untuk langkah terakhir bisa melalui operasi pasar dan mendatangkan langsung komoditas dari luar kota atau distributor," kata dia.

Dewi mengatakan, langkah monitoring atau pemantauan terhadap persediaan bahan pokok di gudang-gudang Surabaya juga terus dilakukan. Termasuk di dalamnya monitoring terkait distribusi komoditas pangan. "Saya kira itu penting supaya kita bisa tahu. Jadi barang itu persediaannya berapa, terus distribusinya ke mana saja, sehingga misalnya kita butuh jadi tahu jumlah stoknya," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement