REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) berencana melakukan pembelian kembali (buyback) saham yang beredar dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Aksi korporasi tersebut dinilai menjadi sinyal positif untuk mengoleksi saham bersandi MTEL ini.
"Buyback adalah aksi korporasi yang dilakukan emiten untuk memberikan signal optimisme manajemen terhadap prospek Perusahaan ke pasar," kata Kepala riset Praus Capital, Alfred Nainggolan saat dihubungi Republika, Jumat, (3/6/2022).
Menurut Alfred, manajemen menganggap harga saham MTEL saat ini belum merefleksikan fundamental dan prospek perusahaan (undervalue). Hal ini dipertegas dengan laporan keuangan kuartal I 2022 yang tercatat positif.
Pada periode tersebut, Perseroan memiliki posisi kas yang sangat besar dengan rasio 2,38. Rasio tersebut mencerminkan kondisi kas yang berlebih, sehingga buyback menjadi bagian cara untuk mengoptimalkan dana yang menganggur (idle cash).
"Anggaran buyback hingga Rp 1 triliun tidak begitu signifkan jika melihat posisi kas kuartal 2022 yang mencapai Rp 18,6 triliun," jelas Alfred.
Dari sisi valuasi, harga saham MTEL saat ini terbilang murah dibandingkan Perusahaan lainnya yang bergerak disektor sejenis. Adapun nilai Price Earning Ratio (PER) MTEL 32 kali dan rasio Price to Book Value (PBV) 1,7 kali.
Alfred melihat, aksi korporasi ini akan menjadi katalis positif bagi pergerakan harga saham MTEL. Buyback yang mencapai 10 persen dari saham publik ini dinilai cukup efektif menjadi stabilitas atau penopang, harga sahamnya di pasar.
Dengan pembatasan maksimal pembelian diharga Rp 810 per lembar atau premium 14 persen dari harga saat ini (Rp 725 per penutupan 3 Juni 2022), buyback bisa menjadi sentimen positif untuk mengangkat harga sahamnya mendekati level Rp 810 atau kembali keharga IPO Rp 800.