Sabtu 04 Jun 2022 01:02 WIB

Mengenal Silphium, Alat Kontrasepsi Herbal Tertua di Dunia

Silphium dianggap dapat mengobati segala hal.

Rep: MGROL136/ Red: Dwi Murdaningsih
Kontrasepsi (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Kontrasepsi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alat kontrasepsi sudah digunakan sejak zaman dulu. DI Romawi kuno, ada alat kontrasepsi yang dikenal sebagai silphium.

Silphium dianggap dapat mengobati segala hal mulai dari demam hingga urusan perkawinan di seluruh Mediterania. Silphium dikatakan memiliki efek afrodisiak serta kemampuan untuk mencegah kehamilan, menjadikannya salah satu kontrasepsi tertua dalam sejarah.

Baca Juga

Dilansir dari ZME Science, tanaman silphium, juga dikenal sebagai laserwort atau laserpithecum dalam bahasa Yunani, adalah adas besar yang tumbuh liar di sepanjang lereng bukit tandus pantai Mediterania. 

Para ahli sejarah Romawi kuno mengatakan bahwa silphium tumbuh subur seperti rumput liar yang keras kepala. Batangnya dipanggang, akarnya dimakan dengan cuka, dan getah silphium, yang dikenal sebagai laser, diparut di atas makanan lezat. 

Batuk, sakit tenggorokan, gangguan pencernaan, kutil, bahkan gigitan ular dan epilepsi semuanya dikatakan dapat diobati dengan resin silphium di zaman kuno. 

Konon, gigitan anjing liar pun dapat disembuhkan dengan menggosok daerah yang terluka dengan ramuan ajaib, yang merupakan obat untuk semua penyakit. 

Dalam tulisannya, Soranus, ginekolog Romawi terkemuka pada masanya, menyarankan wanita untuk mengonsumsi silphium seukuran buncis untuk mencegah kehamilan. 

 

Akhir dari Silphium

Daya tarik Silphium pada akhirnya akan membuktikan kehancurannya. Betapa berharganya ramuan yang sangat besar itu sepertinya terlalu menggoda bagi sebagian besar orang. 

Pada tahun 74 SM, Roma merebut kota Kirene. Pasokan silphium berkurang seiring waktu, diperburuk oleh fakta bahwa tanaman itu tidak praktis untuk dibudidayakan dengan tangan. Bahkan dengan pengetahuan botani kontemporer yang kita miliki, beberapa tanaman liar tetap sulit ketika dipindahkan dari habitat aslinya dan menolak untuk menghasilkan pada budidayanya.

Silphium sekarang berfungsi sebagai cerita peringatan untuk masa depan. Mayoritas orang di planet ini, termasuk 80 persen orang Afrika, bergantung pada obat herbal yang berasal dari tanaman liar. Sepertiga di antaranya sekarang terancam punah karena pemanenan yang berlebihan dan hilangnya habitat sebagai akibat dari kebangkitan industri, perumahan, dan aktivitas manusia lainnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement