Jumat 03 Jun 2022 21:23 WIB

Kemenkeu: Kebijakan Stabilisasi Harga Mampu Jaga Inflasi

Tingkat inflasi domestik diharapkan terjaga guna menjaga daya beli masyarakat.

Rep: Novita Intan/ Red: Fuji Pratiwi
Warga membeli sayur mayur di Pasar Baru, Karawang, Jawa Barat, Senin (30/5/2022). Kementerian Keuangan menyatakan berbagai kebijakan pemerintah termasuk terkait stabilisasi harga dan bantuan subsidi akan mampu menjaga daya beli masyarakat dan inflasi.
Foto: ANTARA/M Ibnu Chazar
Warga membeli sayur mayur di Pasar Baru, Karawang, Jawa Barat, Senin (30/5/2022). Kementerian Keuangan menyatakan berbagai kebijakan pemerintah termasuk terkait stabilisasi harga dan bantuan subsidi akan mampu menjaga daya beli masyarakat dan inflasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kementerian Keuangan menyatakan berbagai kebijakan pemerintah termasuk terkait stabilisasi harga dan bantuan subsidi akan mampu menjaga daya beli masyarakat dan inflasi.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, pemerintah telah menambah alokasi subsidi dan kompensasi dalam APBN 2022 sebagai penyerap guncanan yang semakin kuat. Hal itu untuk meminimalisasi dampak kenaikan harga komoditas energi dan pangan global.

Baca Juga

"Tingkat inflasi domestik diharapkan terus terjaga, sehingga mampu menjaga daya beli masyarakat," ujar Febrio kepada wartawan, Jumat (3/6/2022).

Menurutnya langkah ini sangat penting untuk memastikan tren pemulihan ekonomi Indonesia yang masih berada dalam tahap awal terus berlanjut. Adapun laju inflasi pada Mei 2022, melanjutkan tren peningkatan sebesar 3,55 persen dari April sebesar 3,47 persen dan merupakan yang tertinggi sejak Desember 2017.

"Itu dipengaruhi oleh tekanan harga komoditas global dan dampak dari kenaikan permintaan Lebaran," ucapnya.

Febrio menyebut, inflasi yang secara bulan ke bulan tercatat menurun ke level 0,4 persen dari April 2022 sebesar 0,95 persen dengan komoditas pangan sebagai kontribusi terbesar. Kemudian inflasi inti yang turun tipis menjadi 2,58 persen (yoy) dari April 2022 sebesar 2,6 persen didorong oleh daya beli masyarakat yang semakin pulih di tengah dampak kenaikan harga komoditas global.

Secara rinci, terdapat peningkatan inflasi pada komoditas jasa seperti rekreasi dan jasa restoran. Komoditas  pangan juga mengalami kenaikan seperti, ikan segar dan roti manis.

Dari sisi lain, terdapat perlambatan inflasi sandang dan perawatan pribadi seiring normalisasi permintaan setelah Lebaran. Inflasi harga pangan bergejolak atau volatile food pun kembali meningkat mencapai 6,05 persen (yoy) dari April 2022 sebesar 5,48 persen.

Adapun beberapa komoditas yang meningkat antara lain telur dan daging ayam ras yang naik karena adanya peningkatan harga pakan serta bawang merah akibat minimnya pasokan dari sentra produksi.

Dari sisi lain, kebijakan pelarangan ekspor CPO didukung dengan pengawasan distribusi yang semakin baik mampu mendorong penurunan harga minyak goreng.

Febrio mengingatkan Indonesia perlu mewaspadai faktor musim kemarau basah yang mendorong penurunan produktivitas aneka cabai dan kenaikan harga pupuk. Hal itu dapat mendorong naiknya harga bahan pangan umum seiring pembatasan ekspor pangan dan pupuk di 10 negara.

"Inflasi harga yang diatur pemerintah atau administered price pada Mei 2022 bergerak stabil angka 4,83 persen (yoy)," ucap Febrio.

Inflasi tertinggi disumbang oleh tarif angkutan udara seiring momentum arus balik Lebaran dan hari libur. Selain karena peningkatan permintaan, kenaikan tarif juga dipengaruhi oleh penyesuaian akibat kenaikan biaya produksi.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement