Senin 06 Jun 2022 06:49 WIB

BRI: Kerusakan Iklim Berisiko Ganggu Kualitas Kredit

Kerusakan iklim secara tidak langsung memberi dampak pada operasional perbankan.

Rep: novita intan/ Red: Hiru Muhammad
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berupaya menggalakkan komitmen dapat berkontribusi dalam mengatasi perubahan iklim. Adanya memanfaatkan perkembangan teknologi digital, perusahaan berkode saham BBRI itu ingin mengurangi potensi emisi karbon.
Foto: istimewa
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berupaya menggalakkan komitmen dapat berkontribusi dalam mengatasi perubahan iklim. Adanya memanfaatkan perkembangan teknologi digital, perusahaan berkode saham BBRI itu ingin mengurangi potensi emisi karbon.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berupaya menggalakkan komitmen dapat berkontribusi dalam mengatasi perubahan iklim. Adanya memanfaatkan perkembangan teknologi digital, perusahaan berkode saham BBRI itu ingin mengurangi potensi emisi karbon. 

Direktur Kepatuhan BRI Ahmad Solichin Lutfiyanto mengatakan perseroan menilai risiko kerusakan iklim secara tidak langsung memberi dampak pada operasional perbankan. Hal ini sejalan dengan implementasi environmental (lingkungan), social (sosial), dan governance (tata kelola) atau ESG.  

Baca Juga

“Perubahan iklim memiliki dampak signifikan yang secara tidak langsung memengaruhi perekonomian nasional yang kemudian berdampak pada kinerja perbankan. Risiko perubahan iklim ini dapat mempengaruhi kegiatan operasional nasabah pinjaman perbankan dan performa ekonomi mereka yang pada akhirnya mempengaruhi kemampuan mereka untuk membayar pinjaman yang telah diberikan oleh bank,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (6/6/2022).

Menurutnya peran penting bagi perseroan untuk menganalisa risiko perubahan iklim yang dihadapi oleh calon debitur dalam mempertimbangkan dampak yang akan dihadapi oleh perusahaan pada pinjaman yang diberikan. Adapun upayanya mengatasi dampak perubahan iklim, BRI sebagai salah satu lembaga keuangan terbesar di Indonesia terus meningkatkan pembiayaan pada sektor-sektor berkelanjutan. 

Pada kuartal I-2022, penyaluran kredit ke sektor hijau (green sector) sebesar Rp 639,9 triliun atau tumbuh 13,4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Adapun pembiayaan tersebut didominasi oleh sektor UMKM sebesar Rp 568,4 triliun. 

Lebih lanjut, sebesar Rp 45,2 triliun ke sektor pengelolaan sumber daya alam dan penggunaan lahan berkelanjutan, sebesar Rp 14,6 triliun ke sektor clean transportation. Kemudian, sebesar Rp 2,1 triliun kepada sektor green building dan sebesar Rp 6,3 triliun ke sektor yang terkait renewable energy.

Penyaluran pembiayaan ke sektor hijau tersebut juga ditopang oleh aksi korporasi perseroan, yakni penerbitan sustainability bond senilai 500 juta dolar AS pada 2019 lalu. Dana yang dihimpun perseroan tercatat telah digunakan aktivitas sosial sebesar 69 persen dan green projects sebesar 31 persen.

Pembiayaan berkelanjutan tersebut juga ditopang oleh operasional layanan perseroan yang dalam hal penetrasi digital telah cukup tinggi. Sebagai contoh, implementasi BRISPOT yang menjadi solusi penyaluran kredit secara digital serta dapat mengurangi penggunaan kertas. 

Di samping itu, adanya digital banking Super Apps BRImo yang menyediakan lebih dari seratus layanan dalam satu aplikasi saja, semakin membuat transaksi menjadi lebih ramah lingkungan. Adapun potensi pengurangan emisi dari digitalisasi di BRI bisa mencapai 1.233 KgCO2. “Era digital memberikan berbagai peluang bagi perseroan. Produk dan jasa yang berbasis digital menjadi daya tarik tersendiri. Selain itu, proses digitalisasi berpotensi mendukung penurunan emisi dan penghematan sumber daya,” kata Solichin. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement