Selasa 07 Jun 2022 00:10 WIB

Milad ke-44 MDI, Airlangga Ingatkan Rentannya Politik Identitas 

Airlangga ajak umat Islam untuk hindari politik identitas yang rugikan bangsa

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto yang juga Ketua Majelis A’la Majelis Dakwah Islamiyah (MDI), dalam pelantikan kepengurusan MDI masa jabatan 2022-2027 di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Jakarta, pada Ahad (5/6/2022) malam. Airlangga ajak umat Islam untuk hindari politik identitas yang rugikan bangsa
Foto: Dok Istimewa
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto yang juga Ketua Majelis A’la Majelis Dakwah Islamiyah (MDI), dalam pelantikan kepengurusan MDI masa jabatan 2022-2027 di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Jakarta, pada Ahad (5/6/2022) malam. Airlangga ajak umat Islam untuk hindari politik identitas yang rugikan bangsa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto yang juga Ketua Majelis A’la Majelis Dakwah Islamiyah (MDI) mengingatkan pentingnya menghentikan politik identigas. 

Menurut Airlangga, politik identitas telah merusak tatanan hidup berbangsa dan memecah belah persatuan umat. “MDI memiliki tugas untuk menyatukan umat dan menghentikan politik identitas pada tahun politik,” kata dia saat melantik kepengurusan MDI masa jabatan 2022-2027 di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Jakarta, pada Ahad (5/6/2022) malam. Dalam acara tersebut, Airlangga mengingatkan salah satu tugas penting MDI untuk menghentikan politik identitas.

Baca Juga

DIa mengingatkan para pengurus MDI yang dilantik di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, dapat membantu dalam permasalahan elektoral dan mampu menyalurkan aspirasi umat Islam. 

Menurutnya Golkar bersama partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu, berusaha menyelesaikan masalah populisme dan politik identitas, “Sementara MDI bergerak pada persoalan dakwah yang menyatukan umat,” ujarnya.  

Di hadapan 1.000 hadirin dan para santri, Airlangga mengatakan Ketua Umum MDI KH Choirul Anam dan Sekretaris Jenderal Gunawan Hidayat bersama jajarannya, harus terus mengembangkan Islam washatiyah, “Menjadi Islam yang moderat, agar tercipta persatuan bangsa. Tidak terpecah belah,” imbuh Airlangga. 

Dia juga menegaskan pentingnya kebangkitan ekonomi dari pesantren. Salah satunya, Kementerian Perindustrian membuat program Santriprenuer. Dengan program tersebut, menurut Airlangga, santri dapat mandiri. Bahkan, pondok pesantren mampu mengembangkan bisnis untuk ekspor, “Contohnya bisa punya pabrik sandal, jadi sandal santri tidak sering hilang. Bahkan bisa mengekspor sandal,” canda Airlangga.  

Dalam kesempatan itu, Ketua Umum MDI KH Choirul Anam menegaskan, saat dibentuk pada 24 Mei 1978, MDI membantu pemerintah dalam menyukseskan pembangunan, “MDI mengambil peran dakwah pembangunan dengan bahasa agama,” kata dia. Dengan semangatnya itu, menurut KH Choirul Anam, MDI berdiri di belakang Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).  

MDI dengan visinya mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, menurut KH Choirul Anam, akan membawa Islam yang rahmatan lil alamin, dakwah yang menyatukan dan tidak memecah belah umat. 

“Kami ingin terus menumbuhkan semangat toleransi dan semangat kebangsaan, setinggi apapun dinamika politik yang terjadi,” ujarnya.  

Dia mengajak seluruh kader MDI untuk menghindari politik identitas, yang terbukti menciptakan jurang perpecahan antar anak bangsa, bahkan umat Islam sendiri.       

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement