Senin 06 Jun 2022 15:38 WIB

Bio Farma Incar Peluang Ekspor Vaksin Merah Putih Saat Endemi Covid-19

Nanti kalau sudah menjadi endemi, Covid-19 seperti influenza.

Red: Andi Nur Aminah
Direktur Utama (Dirut) PT Biofarma Honesti Basyir
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Direktur Utama (Dirut) PT Biofarma Honesti Basyir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bio Farma (Persero) mengincar peluang pasar impor untuk kebutuhan Vaksin Merah Putih saat situasi Covid-19 telah dinyatakan menjadi endemi. "Nanti kalau sudah menjadi endemi, Covid-19 seperti influenza, orang akan butuh juga, mungkin sekali enam bulan divaksin," kata Direktur Utama PT Bio Farma, Honesti Basyir yang dikonfirmasi di Jakarta, Senin (6/6/2022).

Ia mengatakan pasar vaksin COVID-19 dalam negeri saat masa endemi diperkirakan tidak akan sebesar kebutuhan saat pandemi, sehingga Bio Farma akan menyasar peluang pasar di luar negeri seperti halnya Vaksin Polio yang sudah lebih dulu diimpor ke berbagai negara di dunia.

Baca Juga

Untuk meraih peluang ekspor vaksin Covid-19, kata Honesti, diperlukan Izin Edar Darurat (Emergency Use Authorization/EUA) dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO). Saat ini Vaksin Covid-19 dalam negeri sedang dalam proses pengembangan, yakni Vaksin Merah Putih produksi Universitas Airlangga (Unair) dan PT Biotis. 

Vaksin Merah Putih dikembangkan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Institute dan PT Bio Farma, serta Vaksin Merah Putih yang dikembangkan PT Bio Farma dengan Boulevard Medicine. Vaksin tersebut segera masuk tahap uji klinis terakhir tahap 3. 

Ditargetkan pada akhir Juli 2022, seluruh vaksin tersebut sudah memperoleh sertifikat EUA dari BPOM RI. Namun, untuk memasarkan vaksin Covid-19 ke pasar mancanegara, kata Honesti, Bio Farma masih membutuhkan tahap lanjutan berupa EUA dari WHO. "Sehingga, produksinya memiliki nilai ekspor saat kebutuhan dalam negeri tercukupi," katanya. 

Honesti menambahkan nilai investasi vaksin Covid-19 produksi Bio Farma hingga saat ini menghabiskan dana perusahaan sekitar Rp 120 miliar untuk proses uji klinis. "Kalau untuk fase produksi, kami sudah punya fasilitas sendiri," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement