REPUBLIKA.CO.ID, KIRGISTAN -- Direktorat Spiritual Muslim Kirgistan (SDMK) melaporkan Muftiyat membagikan seragam baru kepada para ulama. Dilansir 24 Kg News Agency, Rabu (1/6/2022), total produksi seragam baru sebanyak 3.800 unit.
Diketahui, karyawan masjid Chui dan Bishkek adalah yang pertama menerima pakaian berwarna biru tua dengan penutup kepala itu. Seragam ulama telah disetujui pada 2009.
Seragam tersebut adalah chapan putih yang disulam dengan pola nasional. Chapan Mufti Republik Kirgizstan dibedakan oleh ornamen yang lebih kompleks.
Para pemimpin spiritual juga diharuskan memakai lencana yang menggambarkan batu hitam Hajar Aswad, simbol Makkah. Perwakilan pendeta harus bekerja dengan seragam sampel yang ditetapkan.
Kebangkitan agama telah menjadi ciri khas dari sejarah singkat Kirgistan pascakemerdekaan karena negara itu melanjutkan kebijakan keterbukaan yang dibawa selama perestroika Gorbachev. Hasilny adalah pertumbuhan yang stabil baik dalam tingkat religiusitas maupun keragaman dan di dalam agama. Karena mayoritas dari 5,7 juta orang di negara itu mengidentifikasi diri sebagai Muslim, Islam telah berada di garis depan perkembangan tersebut.
Diketahui, kebangkitan Islam adalah fakta kehidupan di Kirgistan. Menurut Komisi Negara Urusan Agama (SCRA), sebuah lembaga Kepresidenan yang mengatur hubungan antara negara dan organisasi keagamaan, sementara pada 1990 ada 39 masjid yang beroperasi di Kirgistan.
Pada 2014, jumlahnya mencapai 2.362 masjid dan 81 sekolah Islam. Dilansir Open Democracy, Muftiat mewakili pendekatan yang paling dekat dengan Islam resmi di negara yang mendefinisikan dirinya sebagai sekuler, dan – bersama dengan aparatur negara – ia menetapkan batas-batas apa arti tradisi Islam di Kirgistan. Secara tradisional Muslim di Kirgistan adalah Sunni dari doktrin Maturidi dan mengikuti mazhab Hanafi, seperti di seluruh Asia Tengah.