Senin 06 Jun 2022 19:50 WIB

Uji Disertasi Hasto Kristiyanto, Ini Pertanyaan Megawati

Megawati Soekarnoputri menjadi salah satu penguji sidang terbuka Doktoral Unhan.

Megawati Soekarnoputri menjadi salah satu penguji sidang terbuka program doktoral Universitas Pertahanan (Unhan).
Foto: istimewa
Megawati Soekarnoputri menjadi salah satu penguji sidang terbuka program doktoral Universitas Pertahanan (Unhan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  - Presiden RI Kelima yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menjadi salah satu penguji sidang terbuka program doktoral Universitas Pertahanan (Unhan) dengan kandidat Hasto Kristiyanto, pada Senin (6/6/2022), di Sentul, Bogor.

Di awal, meminta agar Hasto tidak terlalu tegang menghadapi ujian terbuka itu. Megawati lalu menceritakan latar belakang dirinya dengan Hasto sebagai ketua umum serta sekretaris jenderal PDIP.

Baca Juga

“Karena saya ketua umum partai, Hasto adalah sekjen, jadi kami sering berdiskusi. Dan tentunya kepada anak-anak muda, saya coba mengalirkan dari cara pikir Bung Karno, karena kami mendirikan partai sebagai alat perjuangan politik tentunya harus punya dasar,” kata Megawati.

“Jadi saya bilang pada Hasto 'kamu musti mengerti cara berpikirnya Bung Karno,” katanya.

Megawati melanjutkan, suatu saat Hasto menyampaikan maksudnya ingin menempuh studi doktoral. Megawati mempersilahkannya. Ketika Hasto menyampaikan niatnya mengambil studi geopolitik, Megawati mengaku memberi respons.

“Itu ilmu sebetulnya susah-susah gampang, hanya sekarang ini menurut saya dari sisi akademisi kelihatannya tidak populer, karena yang pertama mengintroduce itu Bung Karno ketika di Lemhannas. Jadi bagaiamana? Jangan kamu memalukan saya. Kalau tidak bisa mempertahankan niat kamu itu, nanti dalam disertasi kamu, nantinya juga memalukan saya,” beber Megawati.

“Intinya saya bilang pada Pak Hasto 'jadi bagaimana bu? ‘ya jangan tanya saya kamu yang musti mikir. gampang to, buang itu teori lain, begitu saya bilang. ‘jadi maksudnya bu?' Kamu pikir cara berpikir satu-satunya ya Bung Karno, kalau kamu tidak pegang itu kamu tidak akan berhasil menurut saya. Lalu berikutnya geopolitik (Bung Karno, red) itu menurut saya hanya sebuah impllementasi dari Pancasila. Kamu bisa gak blending itu dan betul-betul diolah, tentunya dari sisi teori yang akan nanti kamu presentasikan dan kalau mungkin kamu harus pertahankan. Dan kalau kamu bisa betul-betul menjadikannya satu, pasti kamu hasilnya bagus deh,” urai Megawati.

Megawati juga mengaku, bahwa jelang sidang terbuka, Hasto berkali-kali meminta bocoran pertanyaan yang akan disampaikan Megawati sebagai penguji.

“Hasto tanya ke saya 'bu nanti pertanyaannya apa?'Lho kok kamu nanya? itu namanya kolusi,” kata Megawati yang disambut tawa semua hadirin yang diundang ke acara itu.

Megawati mengaku memberi waktu leluasa kepada Hasto untuk menyiapkan diri menjelang sidang terbuka. Maka di kegiatan partai pun, Megawati mengaku tak terlalu mem-push Hasto bekerja keras dalam mengurusi partai, hingga selesainya ujian doktoral itu.

“Jadi Pak Hasto, saya kira ini gampang ya, tapi ga tahu susah apa ndak jawabnya. Kasihan dia udah makin banyak ubannya,” canda Megawati yang kembali membuat seisi ruangan tertawa.

Megawati lalu menyebutkan kondisi saat ini dimana mayoritas masyarakat masih reluctant untuk memberikan respons yang wajar bila menyangkut Bung Karno.

“Mau nyebut Bung Karno aja takut, aneh, itu menurut saya aneh,” imbuh Megawati.

Nah, Megawati melanjutkan, Bung Karno pernah berpidato di PBB berjudul To Build The World A New, yang substansinya masih relevan dalam situasi dunia yang terus berganti dari masa ke masa.

Megawati menyampaikan situasi konflik Rusia-Ukraina saat ini, yang mendapatkan framkng oleh pemilik teknologi dan media masa. Ketegangan kedua negara itu menambah daftar ketegangan lainnya seperti di Semenanjung Korea, Di Timur Tengah seerti di Suriah, Libua, Iran, hingga Palestina.

Dengan latar belakang relevannya isi pidato Soekarno di PBB itu, Megawati lalu mempertanyakan bagaimana teori Geopolitik Soekarno masih bisa menjadi solusi alternatif di tengah masalah dunia itu.

“Pertanyaan saya, itu yang saya katakan gampang saja, bagaimana teori geopolitik Bung Karno bisa menjadi solusi alternatif untuk geopolitik pada masa ini? Coba rekomendasi apa yang diusulkan promovendus?” Kata Megawati.

Menjawab itu, Hasto lalu membeberkan semangat kebersamaan yang hendak didorong oleh Bung Karno lewat pidatonya di PBB. Bangsa Asia Afrika yang saat itu banyak menjadi negara terjajah, sehingga harus bisa membangun solidaritas diantara dirinya demi memerdekakan diri.

Pidato Bung Karno itu juga mendorong agar bangsa-bangsa di dunia hidup damai. Dan di tengah sistem internasional yang anarkis tersebut, PBB harus di-reform, sehingga dunia bebas dari segala bentuk penjajahan.

“Teori geopolitik Bung Karno tersebut senantiasa relevan.”

“Di dalam perspektif geopolitik Soekarno, kebijakanan luar negeri dan kebijakan pertahanan harus ada dalam satu kesatuan.”

Masalahnya, kata Hasto, spirit imajinasi geopolitik Soekarno itulah yang saat ini nampaknya luntur. Sehingga Hasto merekomendasikan agar seluruh kontruksi pemikiran geopolitik Soekarno harus menjadi landasan kebijakan luar negeri dan pertahanan negara.

“Agar kita mampu menggunakan isntrumen national power dalam tujuh variabel Bung Karno itu, deni memperjuangkan kepentingan Indonesia,” kata Hasto.

Begitupun terhadap persoalan di Timur Tengah, semenanjung Korea dan Afghanistan, terlihat keaktifan Indonesia pasca Soekarno itu meluntur. Indonesia lebih banyak dalam lingkup di Asean. “Seharusnya kita bergerak aktif membela negara-negara yang diperlakukan tidak adil,” tukas Hasto.

Dia mengatakan, dalam pidato ‘To Buid The World A New’ Bung Karno BK sudah mengatakan masa depan dunia tidak bisa ditentukan dengan negara yang punya hak veto. Lebih dari 190 negara menjadi anggota PBB, seharusnya tidak boleh dikalahkan 5 negara yang punya hak veto. 

“Karena itu, geopolitik Soekarno sangat relevan dan menjadi dasar dari kebijakan peertahanan dan luar negeri kita,” pungkas Hasto.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement