Selasa 07 Jun 2022 08:17 WIB

60 Persen Orang Yahudi Israel Menginginkan Pemisahan dari Warga Palestina 

Terjadi penurunan keinginan di antara orang Yahudi untuk tinggal di dekat orang Arab.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Bendera Palestina terpasang di samping bendera Israel di sebuah gedung di Ramat Gan, Israel, Rabu, 1 Juni 2022.
Foto: AP Photo/Oded Balilty
Bendera Palestina terpasang di samping bendera Israel di sebuah gedung di Ramat Gan, Israel, Rabu, 1 Juni 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Sebuah studi yang dilakukan Institut Demokrasi Israel pada Maret lalu mengungkapkan, 60 persen orang Yahudi Israel menginginkan pemisahan dari warga Palestina. Laman Haaretz melaporkan, angka tersebut secara signifikan lebih tinggi dibandingkan studi sebelumnya pada April 2021 dengan jumlah mencapai 45 persen.

"Laporan tersebut menunjukkan gambaran yang kompleks," ujar pemimpin penelitian tersebut, Tamar Herman, dilansir Middle East Monitor, Selasa (7/6).

Baca Juga

Herman mengatakan, di antara orang Arab telah terjadi intensifikasi rasa diskriminasi kolektif, yang bertentangan dengan melemahnya persepsi diskriminasi di antara orang-orang Yahudi. Menurut Herman, ada peningkatan keinginan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan di antara orang-orang Yahudi. 

"Ada keinginan yang menurun untuk berbagi hak istimewa itu dengan mereka," kata Herman.

Herman menjelaskan, hampir tidak ada perubahan dalam tingkat dukungan untuk hidup terpisah di antara responden Arab, yang merupakan 20 persen dari populasi Israel. Herman menambahkan, telah terjadi penurunan keinginan di antara orang Yahudi untuk tinggal di dekat orang Arab atau mengizinkan mereka membeli tanah di luar kota madya Arab.

"Namun, peristiwa baru-baru ini tidak merusak keinginan tinggi kedua kelompok untuk berbagi tempat kerja," kata Herman.

Data tersebut merupakan bagian dari studi "Kemitraan Terbatas", yang meneliti hubungan Yahudi-Arab di Israel, dan melibatkan 760 responden Yahudi dan Arab. Hasil survei datang bersamaan dengan jajak pendapat yang dilakukan oleh kelompok riset Kongres Israel. Hasil riset tersebut menemukan bahwa ketidakpercayaan dan permusuhan antara orang Arab dan Yahudi di Israel meningkat.

Kecurigaan antarpopulasi tecermin dalam kegiatan rutin sehari-hari. Jajak pendapat menemukan, 34 persen orang Yahudi dan 55 persen orang Arab bersaksi mereka telah mengubah gaya hidup dalam beberapa cara sejak kerusuhan di sejumlah kota pada tahun lalu. Termasuk serangan 11 hari militer Israel di Gaza pada Mei 2021, yang menewaskan lebih dari 260 warga Palestina, termasuk 41 wanita, 60 anak-anak, dan 16 lansia.

“Peristiwa Mei 2021 meninggalkan jejak trauma yang dalam pada publik Arab dan Yahudi. Ini meningkatkan ketakutan dan permusuhan antara penduduk bahkan lebih di kota-kota yang terlibat,” kata Direktur Jenderal Kongres Israel, Adv Gilad Weiner.

Baca juga : Pamor Candi Borobudur Bakal Meredup?

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement