REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran menjelaskan bahwa manusia bersifat tergesa-gesa sehingga tidak dapat berpikir jernih. Manusia yang tergesa-gesa sebenarnya menginginkan sesuatu sesuai kehendak hatinya, sehingga pikirannya tertutup untuk menilai, apakah yang diinginkannya itu bermanfaat bagi dirinya atau merugikan dirinya.
Hal ini dijelaskan dalam Surah Al-Isra' Ayat 11 dan tafsirnya. Awalnya dijelaskan bahwa manusia sering berdoa untuk keburukan atau kejahatan, kemudian di akhir ayat ini dijelaskan bahwa manusia juga bersifat tergesa-gesa.
وَيَدْعُ الْاِنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاۤءَهٗ بِالْخَيْرِۗ وَكَانَ الْاِنْسَانُ عَجُوْلًا
Dan Manusia (seringkali) berdoa untuk kejahatan sebagaimana (biasanya) dia berdoa untuk kebaikan. Dan memang manusia bersifat tergesa-gesa. (QS Al-Isra': 11)
Dalam penjelasan Tafsir Kementerian Agama, ayat ini menerangkan, Allah SWT menjelaskan bahwa di antara manusia ada yang mengutuk dirinya, keturunannya, bahkan hartanya dengan sumpah serapah dan doa yang berisi keinginan-keinginan yang jelek pada saat marah.
Contohnya seperti doa, "Wahai Tuhan, turunkanlah laknat kepadaku, binasakanlah aku." Mereka mengucapkan doa buruk itu sebagaimana ketika berdoa kepada Allah dengan doa yang baik, agar diberikan kesehatan dan dilimpahkan keselamatan, keturunan, dan harta bendanya.
Seandainya Allah SWT mengabulkan doa mereka yang jelek itu, niscaya mereka tidak bisa menghindarkan diri dari akibatnya. Akan tetapi, Allah SWT tidak berbuat demikian. Hal ini tidak lain hanyalah karena kasih sayang Allah yang Maha Besar.
Allah SWT berfirman, "Dan kalau Allah menyegerakan keburukan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pasti diakhiri umur mereka." (QS Yunus: 11)
Di akhir ayat ini, Allah SWT menjelaskan bahwa manusia mempunyai sifat tergesa-gesa. Apabila ia menginginkan sesuatu sesuai kehendak hatinya, pikirannya tertutup untuk menilai apa yang diinginkannya itu, apakah bermanfaat bagi dirinya atau merugikan.
Hal itu semata-mata didorong oleh sifat tergesa-gesa untuk mencapai tujuannya, tanpa dipikirkan dengan matang terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya manusia tertarik pada keadaan lahiriah dari sesuatu tanpa meneliti lebih mendalam hakikat dan rahasia dari sesuatu itu.
Dalam ayat ini terdapat sindiran terhadap orang-orang musyrik Arab yang mendustakan kebenaran Alquran, karena mereka tidak mau mempercayai adanya hari pembalasan. Mereka lebih menyenangi dunia yang dapat mereka nikmati langsung, daripada memikirkan janji dan ancaman yang akan mereka terima di hari pembalasan.