REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma mengatakan Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan upaya semua pemangku kepentingan untuk ikut mendorong percepatan transisi dari energi fosil demi mencapai target iklim.
"Energi terbarukan di sini total potensi itu adalah lebih dari 3.600 gigawatt sementara kebutuhan sampai 2050 hanya sekitar 600-an gigawatt. Jadi masih jauh lebih besar potensi dibandingkan dengan kebutuhan yang ada di dalam negeri," tutur Surya dalam seminar bertajuk "Mitigasi Perubahan Melalui Pajak Karbon dan Energi Terbarukan" yang diikuti secara virtual dari Jakarta, Selasa (7/6/2022).
Potensi energi terbarukan itu termasuk dari samudera, panas bumi, bioenergi, bayu atau angin, hidro atau air dan tenaga matahari. Melihat dari segala potensi tersebut, tuturnya, energi terbarukan mampu memenuhi kebutuhan energi Indonesia untuk dapat mencapai target net zero emission atau nol emisi karbon pada 2050 dengan pengurangan emisi karbon dari sektor energi.Dosen magister eksplorasi geothermal Universitas Indonesia itu menyoroti masih rapuhnya ketahanan energi dalam energi dengan 90 persen suplai energi berasal dari energi fosil.
Sementara 65 persen konsumsi minyak bumi dipenuhi dengan impor.Sementara untuk mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca yang sudah ditetapkan, yaitu 29 persen dengan usaha sendiri dan 41 persen dengan dukungan internasional, memerlukan transisi energi dengan biaya dan sumber daya manusia yang tidak sedikit.Transisi energi juga harus dilakukan mengingat beberapa PLTU batubara akan dipensiunkan dalam beberapa tahun ke depan.
"Oleh karena itu saya kira kita harus berupaya bersama-sama agar semua potensi ini bisa dimanfaatkan. Peran perguruan tinggi, peran masyarakat yang saya katakan tadi, apakah siap," katanya.