Selasa 07 Jun 2022 20:36 WIB

Khofifah Ungkap Dua Faktor Penyebab Tingginya Harga Cabai

Tingginya curah hujan tersebut berdampak pada penurunan produksi.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Andi Nur Aminah
Pedagang menata cabai merah saat berjualan di pasar terpadu. Harga komoditas cabai perlahan melonjak salah satu faktornya karena tingginya curah hujan yang berdampak pada penurunan produksi.
Foto: ANTARA/Ampelsa
Pedagang menata cabai merah saat berjualan di pasar terpadu. Harga komoditas cabai perlahan melonjak salah satu faktornya karena tingginya curah hujan yang berdampak pada penurunan produksi.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan dua faktor utama penyebab kenaikan harga cabai rawit. Pertama ialah tingginya curah hujan yang menimbulkan serangan penyakit pada tanaman. Tingginya curah hujan tersebut berdampak pada penurunan produksi dan jadwal tanam cabai mengalami kemunduran. 

Di daerah dataran rendah, Khofifah mengatakan, seharusnya penanaman cabai dilakukan April 2022. "Namun karena curah hujan yang masih tinggi, akhirnya mundur dan menyebabkan berkurangnya luas tanam,” kata Khofifah, Selasa (7/6/2022).

Baca Juga

Penyebab lainnya ialah serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) terhadap komoditas cabai. Pada periode April, kata Khofifah, di Jawa Timur terdapat empat serangan, yakni hama lalat buah seluas 32,4 hektar, trips seluas 15,55 hektar, dan kutu kebul seluas 2,21 hektar. Sedangkan penambahan serangan penyakit virus kuning seluas 34,03 hektar, Antraknose seluas 12,31 hektar, bercak daun seluas 8,4 hektar, dan layu fusarium 2,5 hektar. 

Dalam upaya mengendalikan serangan OPT di daerah penghasil cabai yang berada di dataran tinggi, Khofifah mengaku pihaknya menggunakan Agens Pengendali Hayati. “Sekarang di beberapa lokasi sudah mulai tumbuh tunas baru, sehingga diharapkan dapat membantu ketersediaan cabai rawit jelang Idul Adha,” ujarnya. 

Sementara itu, strategi berbeda diterapkan untuk mengatasi permasalahan komoditas cabai di daerah dataran rendah. Khofifah meminta untuk segera menanam cabai rawit menggunakan varietas genjah dengan usia panen 70-80 hari, yaitu varietas Bhaskoro dan Dewata. “Ini diharapkan dapat mendukung ketersediaan cabai pada Juli utamanya menjelang Idul Adha,” kata dia.

Khofifah optimistis upaya menurunkan harga cabai rawit dan harga cabai besar di Jatim dapat dilakukan. Secara umum, kontribusi hortikultura strategis Jawa Timur terhadap nasional untuk komoditas cabai besar senilai 9,4 persen atau menduduki urutan empat nasional. Sedangkan komoditas cabai rawit menyumbang sebesar 41,8 persen atau yang tertinggi secara nasional.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Hadi Sulistyo menjabarkan perkembangan komoditas cabai rawit pada Januari–Maret 2022. Yaitu luas tanam mencapai 14.562 hektare dengan hasil panen mencapai 164.806 ton dan konsumsi sebesar 218.273 ton per kapita per tahun. Dengan demikian, produksi cabai rawit masih surplus 146.533 ton.

"Dilanjutkan April sebesar 63 persen dan prognosa pada Mei menunjukkan bahwa luas tanam cabai rawit yaitu sebesar 6.274 hektar dengan sasaran produksi sebesar 104.007 ton sehingga diperkirakan mendapatkan surplus sebesar 91.825 ton," ujar Hadi.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement