REPUBLIKA.CO.ID, MANOKWARI -- Koleksi awetan spesimen tumbuhan di Herbarium Manokwariese yang dikelola oleh Pusat Penelitian Keanekaragaman Hayati Universitas Papua di Kota Manokwari, Provinsi Papua Barat, terancam rusak karena minimnya ketersediaan biaya perawatan.
"Selaku pengelola Herbarium Manokwariese kami kewalahan karena minimnya (ketersediaan) biaya operasional untuk perawatan," kata Sekretaris Pusat Penelitian Keanekaragaman Hayati Universitas Papua (UNIPA) Elieser Sirami pada Jumat di Manokwari, Papua Barat.
Ia menjelaskan bahwa Herbarium Manokwariese sejak tahun 1950 mengoleksi sekitar 21 ribu spesimen tumbuhan di Tanah Papua dan sebagian koleksi herbarium merupakan spesimen tumbuhan dari 1950 sampai 1960-an. "Untuk menyelamatkan 3.000 spesimen dengan kode BW (Bozwezen) Nederland Nieuw Guinea atau koleksi tahun 1950-1960an dari zaman Belanda, kami hanya bisa merawatnya dengan sistem pendinginan manual," katanya.
Ia mengatakan bahwa Herbarium Manokwariese juga belum punya cukup petugas untuk melakukan perawatan dan pencatatan koleksi tumbuhan di Pusat Penelitian Keanekaragaman Hayati Universitas Papua secara berkala. "Saat ini hanya satu orang tenaga pengelola Herbarium Manokwariese, sehingga kami benar-benar kesulitan untuk melakukan perawatan ribuan spesimen," katanya.
Teknisi Herbarium Manokwariese Filep Mambor mengatakan, bahwa koleksi Herbarium Manokwariese mencakup spesimen tumbuhan dari ahli botani pada zaman penjajahan Belanda sampai peneliti-peneliti botani masa ini. "Herbarium Manokwariese sejak 1959 sudah terkenal di tingkat internasional," kata Filep menambahkan.
Koleksi spesimen Herbarium Manokwariese dijadikan sebagai salah satu acuan dalam penamaan spesies tumbuhan.