Rabu 08 Jun 2022 06:59 WIB

Intelijen IRGC Klaim Israel Berencana Membunuh Presiden Iran 

Presiden Iran terpaksa menghentikan sejumlah kunjungan demi keamanan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Presiden Iran Ebrahim Raisi meninggalkan bandara Mehrabad Teheran untuk perjalanan ke Oman, Senin, 23 Mei 2022. Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran mengklaim bahwa Israel berencana untuk membunuh Presiden Iran Ibrahim Raisi, dan pejabat senior lainnya.
Foto: AP/Vahid Salemi
Presiden Iran Ebrahim Raisi meninggalkan bandara Mehrabad Teheran untuk perjalanan ke Oman, Senin, 23 Mei 2022. Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran mengklaim bahwa Israel berencana untuk membunuh Presiden Iran Ibrahim Raisi, dan pejabat senior lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran mengeklaim, Israel berencana membunuh Presiden Iran Ibrahim Raisi dan pejabat senior lainnya. Rencana ini merupakan upaya Israel mengacaukan politik Teheran.

Dalam pengumuman di saluran Telegram resminya, IRGC mengutip sumber-sumber anonim intelijen Iran bahwa, intelijen Israel, Mossad, bertujuan membunuh Raisi di luar Ibu Kota Iran, Teheran. Rencana ini bertujuan menggoyahkan Iran, meruntuhkan ekonomi dan mata uang nasionalnya yang akan menyebabkan protes besar-besaran.

Baca Juga

Intelijen itu kemudian memaksa Kementerian Intelijen dan Keamanan Iran menginformasikan rencana tersebut kepada Presiden Raisi. Akibatnya, Raisi membatalkan beberapa kunjungan dan partisipasi dalam acara-acara di luar Teheran, karena situasi genting.

Dilansir Middle East Monitor, Rabu (8/6/2022), dugaan rencana Mossad muncul di tengah pernyataan berulang Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett bahwa Tel Aviv akan mengambil tindakan terhadap Teheran jika terus mengembangkan program nuklirnya. Sementara negosiasi berlanjut antara Iran dan negara-negara lain mengenai kebangkitan kembali kesepakatan nuklir 2015, masih belum mencapai hasil.

Israel telah lama menyatakan penentangannya terhadap kesepakatan nuklir 2015 atau yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA). Perjanjian ini memungkinkan pencabutan sanksi terhadap Iran. Israel mengklaim, perjanjian JCPOA tidak akan menghentikan Iran untuk mengembangkan senjata nuklir. 

Pengumuman IRGC tentang dugaan rencana Israel untuk membunuh Raisi adalah laporan terbaru dari beberapa laporan sebelumnya yang memperingatkan tentang rencana pembunuhan satu sama lain. Menurut media Israel, selama seminggu terakhir, pasukan keamanan di Thailand dilaporkan menggagalkan serangkaian upaya Iran untuk menyakiti target Barat dan Israel di negara itu.

Pada akhir bulan lalu, Israel mengeluarkan "peringatan langsung" kepada warganya yang bepergian atau berencana untuk melakukan perjalanan ke Turki. Israel mengeklaim, mereka dapat menjadi sasaran operasi Iran yang berusaha membalas pembunuhan terhadap seorang perwira tinggi IRGC.

Teheran menuding Israel atas pembunuhan Hassan Sayad Khodai. Khodai ditembak mati saat mengendarai mobilnya oleh dua orang yang berada di atas sepeda motor, pada 22 Mei. Khodai ditembak sebanyak lima kali dari jarak dekat. Iran telah bersumpah akan melakukan pembalasan atas pembunuhan tersebut.

Dewan Keamanan Nasional Israel mengatakan, Teheran dapat berusaha menyakiti orang Israel di Turki dan mengklasifikasikannya sebagai negara berisiko tinggi. Turki adalah tujuan wisata populer bagi orang. Turki dan Israel telah memperbaiki hubungan mereka, setelah lebih dari satu dekade memanas.

Kantor Bennett, telah menolak untuk mengomentari pembunuhan itu. Tetapi Bennett pada Ahad (29/5/2022) mengatakan, Teheran akan "membayar harga penuh" untuk menghasut serangan terhadap Israel.

Iran telah menyalahkan Israel atas pembunuhan beberapa pejabat tinggi militer dan ilmuwan dalam beberapa tahun terakhir. Namun Tel Aviv tidak pernah secara resmi mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut. 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement