REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah lebih dari dua tahun tertunda akibat pandemi Covid-19, film "Satria Dewa: Gatotkaca" akhirnya diputar terbatas untuk kalangan media massa (press screening), sebelum nantinya dirilis secara serentak 9 Juni mendatang. Sepanjang 129 menit, Hanung Bramantyo selaku sutradara sukses mengeksekusi cerita pewayangan Mahabrata itu menjadi begitu epik.
Cerita diawali masa kecil Yudha (Rizky Nazar) anak pasangan Arimbi (Sigi Wimala) dan Pandega (Cecep Arif Rahman) di perbatasan Kota Astinapura. Yudha yang ditakdirkan memiliki genetik Gatotkaca, harus melihat dan melalui berbagai peristiwa pahit termasuk diusik para kurawa.
Sesuai dengan apa yang dijanjikan Hanung, film ini mengawinkan cerita tradisional dengan kondisi kekinian. Misalnya kurawa di gambarkan sebagai dalang di balik korupsi, wabah penyakit, keonaran, dan lain sebagainya. Ini membuat film terasa begitu segar dan terhubung dengan kegelisahan para penonton.
Kisah dan sejarah pewayangan juga disampaikan dengan bahasa yang ringan, sehingga penonton muda yang tak pernah mengenal cerita pewayangan pun akan bisa memahami dan mencernanya.
Sebagai film heroik, film "Satria Dewa: Gatotkaca" pastinya identik dengan adegan laga dan perkelahian. Di film produksi Satria Dewa Studio ini, adegan perkelahian terasa cukup nyata meskipun ada beberapa bagian tak logis. Itu bisa dipahami karena studio menargetkan film ini mendapat rating semua umur, sehingga tak menampilkan darah di layar.
Kehadiran maestro laga, Cecep Arif Rahman dan Yayan Ruhian juga membuat adegan perkelahian semakin mendebarkan. Begitupun dengan visual effect dan CGI yang ditampilkan di sepanjang film, terasa smooth dan canggih.
Untuk urusan suara dan musik juga sangat mendukung. Itu tak lepas dari teknologi Dolby ATMOS yang digunakan serta dikerjakan oleh penata suara ternama, Satrio Budiono. Untuk musik, Ricky Lionardi dan penata suara memilih menggunakan orkestra dari Budapest Scoring yang biasa mengisi musik untuk film-film terkenal seperti "Parasite" dan Star Wars "The Clone Wars" final season.
Meski demikian, Hanung Bramantyo meminta penonton memahami bahwa film ini digarap di tengah kondisi darurat pandemi Covid-19. Karenanya proses syuting dilakukan di lokasi yang sangat amat terbatas di Yogyakarta dan Jakarta. Padahal tadinya direncanakan dilakukan di empat kota, termasuk Bromo Malang dan Semarang.
"Sebetulnya yang harus temen-temen tahu, film ini di bikin pas pandemi lagi akut sekali. Yang tadinya kita punya konsep lebih besar. Tapi karena PSBB dan beberapa lokasi yang dibidik seperti Bromo dan Semarang itu lockdown. Jadi ya terbatas pada akhirnya," kata Hanung dalam konferensi pers di Epicentrum Kuningan, beberapa waktu lalu.
Namun bagaimanapun, Hanung berharap film ini bisa mendapat sambutan yang hangat dari para pecinta kisah wayang dan superhero. "Semoga ini bisa menjadi awal yang baik bagi kami untuk membuat universe dari kisah asli Indonesia," kata Hanung.
Film ini dibintangi oleh aktor aktris kenamaan termasuk Yasmin Napper, Jerome Kurnia, Omar Daniel, Yati Surachman hingga Fedi Nuril. Film “Satria Dewa: Gatotkaca” mendapatkan rating semua umur, sehingga bisa menjadi pilihan tontonan untuk keluarga.