Rabu 08 Jun 2022 11:53 WIB

AS dan Korsel Terbangkan Jet Tempur di Sekitar Semenanjung Korea

Empat jet tempur F-16 AS terbang dalam formasi bersama dengan 16 pesawat Korsel.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman, Wakil Menteri Luar Negeri Pertama Korea Selatan Cho Hyun-dong dan Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Takeo Mori, berbicara dalam konferensi pers bersama setelah pertemuan mereka di Kementerian Luar Negeri di Seoul, Korea Selatan, Rabu, Juni 8, 2022.
Foto: Jeon Heon-Kyun/Pool Photo via AP
Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman, Wakil Menteri Luar Negeri Pertama Korea Selatan Cho Hyun-dong dan Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Takeo Mori, berbicara dalam konferensi pers bersama setelah pertemuan mereka di Kementerian Luar Negeri di Seoul, Korea Selatan, Rabu, Juni 8, 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan menerbangkan puluhan jet tempur di atas perairan sekitar Semenanjung Korea pada Selasa (7/6/2022). Penerbangan itu terjadi saat Wakil Menteri Luar Negeri AS, Wendy Sherman melakukan perjalanan ke Seoul untuk berdiskusi dengan pejabat Korea Selatan dan Jepang mengenai ancaman uji coba nuklir Korea Utara.

Empat jet tempur F-16 AS terbang dalam formasi bersama dengan 16 pesawat Korea Selatan, termasuk pesawat tempur siluman F-35A di atas perairan lepas pantai timur Korea Selatan. Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan, latihan jet tempur ini bertujuan untuk menunjukkan kemampuan kedua negara dalam menanggapi provokasi Korea Utara.

Baca Juga

Amerika Serikat dan Jepang melakukan latihan terpisah yang melibatkan enam pesawat, yaitu empat pesawat tempur F-15 Jepang dan dua F-16 Amerika di atas perairan antara Semenanjung Korea dan Jepang.

Penerbangan jet tempur itu terjadi sehari setelah pasukan AS dan Korea Selatan menembakkan delapan rudal permukaan-ke-permukaan ke perairan timur Korea Selatan. Peluncuran rudal ini merupakan tanggapan atas uji coba rudal oleh Korea Utara pada akhir pekan lalu. 

Dugaan rencana uji coba nuklir bisa menjadi lompatan maju dalam tujuan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un untuk membangun gudang senjata, yang dapat mengancam sekutu regional AS dan tanah air Amerika. Uji coba ini akan meningkatkan kampanye tekanan yang bertujuan memaksa AS untuk menerima Korea Utara sebagai kekuatan nuklir, dan merundingkan konsesi ekonomi dan keamanan dari posisi yang kuat. 

Sementara pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah berjanji untuk mendorong sanksi internasional tambahan jika Korea Utara melakukan uji coba nuklir. Namun prospek untuk tindakan hukuman yang kuat lebih lanjut terhadap Korea Utara belum tercapai, karena perpecahan antara anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB).  

"Setiap uji coba nuklir akan sepenuhnya melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. Akan ada tanggapan cepat dan kuat untuk tes semacam itu,” kata Sherman setelah bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan Cho Hyun-dong.  

“Kami terus mendesak Pyongyang untuk menghentikan aktivitas destabilisasi dan provokatifnya dan memilih jalur diplomasi," kata Sherman.

Sherman dan Cho merencanakan pertemuan tiga arah dengan Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Mori Takeo pada Rabu (8/6/2022) mengenai masalah nuklir Korea Utara.

Sejauh ini Korea Utara telah melakukan 18 putaran peluncuran rudal pada 2022, termasuk demonstrasi pertama rudal balistik antarbenua atau ICBM sejak 2017. Korea Utara melakukan uji coba nuklir yang keenam pada September 2017. Ketika itu, Korea Utara mengklaim telah meledakkan bom termonuklir yang dirancang untuk ICBM.

Sementara itu pada Selasa, utusan khusus AS untuk Korea Utara, Sung Kim, mengatakan, Washington dan sekutunya semakin khawatir dengan jumlah peluncuran rudal balistik Pyongyang. Terlebih, pejabat senior Korea Utara telah menggunakan retorika yang dapat menyarankan penggunaan senjata nuklir taktis. 

Sejak mengambil alih kekuasaan pada  2011, Kim Jong-un telah mempercepat pengembangan senjata nuklir meskipun memiliki sumber daya terbatas. Dia tidak menunjukkan kesediaan untuk sepenuhnya menyerahkan persenjataan yang dinilai sebagai jaminan terkuat Korea Utara untuk bertahan hidup.

Para ahli mengatakan, pada uji coba nuklir berikutnya, Korea Utara dapat mengklaim kemampuan untuk membuat bom kecil yang dapat ditempatkan pada ICBM multihulu ledak, atau dipasang pada rudal jarak pendek yang dapat mencapai Korea Selatan dan Jepang.

Diektur Jenderal Badan Energi Atom Internasional, Rafael Mariano Grossi, pada Senin (6/6/2022) mengatakan, ada indikasi bahwa salah satu bagian di tempat pengujian nuklir Punggye-ri telah dibuka kembali. Menurutnya, Korea Utara mungkin sedang dalam persiapan untuk uji coba nuklir.

Pembicaraan nuklir antara AS dan Korea Utara telah terhenti sejak 2019, karena ketidaksepakatan atas pelonggaran sanksi yang dipimpin AS sebagai imbalan atas langkah-langkah perlucutan senjata Korea Utara. Para ahli mengatakan, pemerintah Kim sejauh ini menolak tawaran perundingan terbuka dari pemerintahan Presiden AS Joe Biden, dan bermaksud mengubah negosiasi denuklirisasi yang tidak aktif menjadi proses pengurangan senjata bersama. 

"Kami membuka dialog dengan Pyongyang tanpa prasyarat. Tapi Korea Utara belum menanggapi. Sebaliknya, kami telah melihat peningkatan yang nyata dalam ruang lingkup dan skala uji coba rudal balistik mereka," kata Sung Kim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement