REPUBLIKA.CO.ID, SOLO--Bank Indonesia (BI) mendorong pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Solo Raya melek digital agar usaha yang mereka geluti makin berkembang.
"Pemerintah punya target 15 juta UMKM yang terkoneksi dalam ekosistem digital hingga tahun depan. Jadi perlahan kami buat jago-jago digital, yang kemudian ngajarin ke klaster-klasternya, karena nggak mungkin jutaan ini dilatih secara langsung," kata Kepala Perwakilan BI Surakarta Nugroho Joko Prastowo di sela pelaksanaan program Onboarding UMKM Soloraya dengan tema Digitalisasi UMKM Solo, UMKM Tambah Jago lan Raharjo di Solo, Rabu (8/6/2022).
Ia berharap, peserta pelatihan tersebut bisa menjadi pendorong atau penular pelaku UMKM sekitarnya untuk ikut go digital."Jadi pengalaman ini bukan hanya untuk sendiri tetapi juga komunitas. Harapannya mereka menularkan ke rekannya yang lain," katanya.
Ia mengatakan, digitalisasi UMKM telah melahirkan berbagai peluang baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan inklusi keuangan bagi UMKM.Tersedianya akses dan layanan keuangan yang mudah dijangkau oleh UMKM menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan produktivitas dan ketahanan UMKM terhadap guncangan ekonomi.
Apalagi, dikatakannya, UMKM memegang peranan yang sangat penting dalam proses pemulihan ekonomi mengingat sektor ini memiliki kontribusi 57,14 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) dan menyerap 96,92 persen dari total tenaga kerja.
"UMKM bahkan menjadi buffer dalam berbagai krisis ekonomi karena memiliki tingkat resiliensi yang tinggi. Oleh karena itu, pengembangan UMKM merupakan prasyarat untuk mendorong percepatan pemulihan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi," katanya.
Ia juga berharap, program tersebut dapat menggelorakan UMKM se-Solo Raya sehingga berdampak pada ekonomi padu, pasar tambah luas, dan kesejahteraan pelaku UMKM meningkat."Ini strategi baru kita, pengalaman pandemi mengajak kita untuk makin digital," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa mengatakan, saat ini sudah era digital."Kalau kita tidak mengikuti, mung ngeler (hanya menggelar) barang dagangan di rumah ya hanya nunggu bawang wayu (basi). Dua sampai tiga bulan masa kedaluwarsa sudah habis, kemudian ada orang mau beli nggak jadi karena masa kedaluwarsa tinggal sebentar," katanya.
Karena itu, dikatakannya, diperlukan upaya menggerakkan sektor UMKM agar penjualan produk mereka lebih cepat."Ini sesuai arahan Presiden, UMKM harus digerakkan agar masyarakat sejahtera," katanya.