REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono menjamin situasi Laut Natuna, Kepulauan Riau, saat ini dalam kondisi aman terkendali. Hal itu untuk menanggapi adanya pesawat pengintai P-8 milik Angkatan Udara Australia (RAAF) yang dicegat jet tempur J-16 China di atas Laut China Selatan (LCS) pada 26 Mei 2022
"Laut Natuna saya jamin sampai saat ini masih aman terkendali. Tidak ada insiden. Sudah saya laporkan ke DPR saat rapat dengar pendapat (RDP)," kata Yudo usai meresmikan Studio Nusantara Sagoro, di Mabesal Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu.
Dia mengaku sudah mengonfirmasi langsung kepada Komandan Gugus Tempur Laut (Guspurla) perihal peristiwa tersebut, namun tidak ada insiden berarti. Guspurla pun langsung mengerahkan satu unit pesawat patroli dan satu unit kapal Korvet kelas Parchim guna memastikan keamanan Laut Natuna Utara pasca-insiden pencegatan di Laut China Selatan.
Dalam konteks keamanan laut, mantan Pangkogabwilhan I ini menuturkan bahwa LCS merupakan jalur keluar-masuk perairan yang otomatis banyak kapal-kapal melintas di lokasi tersebut.Jika terjadi pertemuan sesama kapal perang di LCS, kata Yudo, pasti akan melaksanakan kontak komunikasi karena hal itu wujud dari diplomasi.
"Itu udah biasa secara universal, angkatan laut ini kalau ketemu sesama kapal perang, pasti melaksanakan kontak komunikasi. Sudah saya perintahkan kepada jajaran setiap ketemu kapal perang laksanakan komunikasi," kata Yudo.
Selain berkomunikasi, pihaknya juga meminta jajaran TNI AL untuk mengajak Angkatan Laut dari negara sahabat untuk latihan bersama."Karena itu wujud diplomasi dan untuk tingkatkan profesionalisme prajurit di kapal perang kita maupun kapal perang mereka dan mereka sangat setuju," ujar Yudo.
Ia mengaku telah bersepakat dengan KSAL negara-negara sahabat untuk menjamin perdamaian di LCS. Mulai dari China, Vietnam, Singapura, Amerika Serikat, Malaysia, dan Australia. Menurutnya, kesepakatan tersebut harus dijaga bersama karena akan menentukan stabilitas dan keamanan LCS."Semua harus bersepakat menjaga stabilitas dan keamanan laut yang menjadi sarana dan prasarana lalu lintas pelayaran nasional maupun internasional," ucapnya.
Sebelumnya dilaporkan, sebuah pesawat pengintai milik Angkatan Udara Australia (RAAF) dicegat oleh sebuah jet tempur China di Laut China Selatan pada Mei. Pesawat intai maritim P-8 itu dicegat oleh jet tempur J-16 China dalam "aktivitas rutin pengintaian laut" di ruang udara internasional di kawasan itu pada 26 Mei.
Sementara Otoritas China menuding balik Australia soal pesawat intai militer kedua negara tersebut yang terbang di atas wilayah sengketa Laut China Selatan (LCS).
Juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional China (MND) Kolonel Senior Tan Kefei kepada pers di Beijing, Selasa (7/6) memperingatkan pesawat mata-mata Australia telah memasuki wilayah udara China di atas Kepulauan Xisa di Laut China Selatan tanpa izin untuk melakukan pengintaian.Komando Armada Selatan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) mengerahkan pasukan laut dan udaranya untuk memperingatkan pesawat Australia jenis P-8A ASW karena berulang kali terbang di atas Kepulauan Xisha pada 26 Mei lalu, demikian Tan.