Kamis 09 Jun 2022 06:49 WIB

Kapan Seseorang Dianggap Banyak Berdzikir? Ini Penjelasan Syekh Aidh Al-Qarny

Dzikir mempunyai sejumlah keutamaan bagi para pelakunya

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nashih Nashrullah
Umat Islam berdzikir (ilustrasi dzikir). Dzikir mempunyai sejumlah keutamaan bagi para pelakunya
Foto: ANTARA/Rahmad
Umat Islam berdzikir (ilustrasi dzikir). Dzikir mempunyai sejumlah keutamaan bagi para pelakunya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah satu cara untuk menggapai ridha Allah Ta'ala adalah dengan berdzikir (menyebut) nama-nama dan sifat-sifat-Nya dengan cara yang sesuai syariat. Dan kapan seseorang bisa dianggap sebagai orang yang banyak berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala

Dikutip dari buku Jangan Takut Hadapi Hidup karya Dr Aidh Abdullah Al-Qarny, Ibnu Shalah berkata, “Barangsiapa berdzikir kepada Allah SWT dengan dzikir-dzikir yang benar sebagaimana ajaran Rasulullah ﷺ pada setiap pagi dan petang, maka dia termasuk golongan orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.” 

Baca Juga

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Banyak berdzikir kepada Allah SWT artinya berdzikir kepada-Nya pada siang dan malam, di saat sempit maupun lapang, di kala susah maupun senang.”  

Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Barangsiapa senantiasa berdzikir kepada Allah SWT dengan dzikir yang syar‘i, sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah ﷺ baik pada saat masuk dan keluar masjid, masuk dan keluar toilet, sebelum dan sesudah tidur, makan, mengenakan pakaian, maupun pada saat-saat yang lain, maka dia termasuk golongan orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah SWT.”  

Sebagian ulama yang lain berpendapat, bahwa banyak berdzikir kepada Allah SWT artinya hendaknya lidahmu tidak pernah kering dari menyebut-Nya. Sebagai landasan dari semua itu adalah sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Basar dalam Sunan Tirmidzi dan Musnad Ahmad dengan sanad shahih sebagai berikut :  

Abdullah bin Basar meriwayatkan, Aku berkata kepada Rasulullah ﷺ, “Wahai Rasulullah, syariat-syariat Islam itu banyak sekali bagiku. Maka tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang bisa aku jadikan pegangan.” Rasulullah ﷺ menjawab, “Hendaknya lidahmu senantiasa basah menyebut Allah.” (HR Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah) 

Ketika ada seorang yang saleh sedang menghadapi sakratul maut, dikatakan kepadanya, “Sebutlah nama Allah.” Orang yang saleh itu pun berkata, “Saya tidak lupa untuk menyebut (berdzikir kepada) Allah SWT.” 

Salah seorang wali Allah SWT yang saleh bernama Junaid bin Muhammad sedang membaca Alquran pada saat menghadapi sakratul maut. Orang-orang pun berkata kepadanya, “Engkau sibuk dengan Alquran, padahal engkau sedang merasakan sakratul maut.”  Junaid menjawab, “Siapakah yang lebih membutuhkan amal saleh daripada diriku?” 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ “Maka ingatlah Aku, niscaya Aku pun akan mengingatmu.” (QS Al Baqarah ayat 152)  

Salah seorang yang saleh pernah berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku mengetahui kapan Allah SWT mengingatku.” Orang-orang bertanya kepadanya, “Kapankah itu?” “Yaitu apabila aku berdzikir kepada-Nya, Bukankah Dia telah berfirman, “Maka ingatlah Aku, niscaya Aku pun akan mengingatmu."(QS Al Baqarah ayat 152). Maka berdzikirlah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagaimana yang ada di dalam Alquran yaitu tasbih, tahlil, dan tahmid.     

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement