REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran menjadi rujukan yang bersifat komprehensif dan holistik bagi setiap umat manusia. Dan di antara yang dibicarakan Alquran adalah tentang akhlak. Da'i yang juga dosen Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran (PTIQ) Jakarta, ustaz Dr. Mulawarman Hanase mengatakan Syekh Yusuf Al Qardhawi dalam kitab Kaifa Nata'amalu ma'al Quranil Karim membagi akhlak menjadi dua.
Pertama, akhlak Rabbani. Yaitu bagaimana seorang hamba membangun akhlak dalam berhubungan dengan Allah SWT yang nantinya akan memperkuat ketaqwaan kepada Allah. Syekh Yusuf Al Qardhawi mencontohkan seseorang yang ikhlas berarti memiliki akhlak rabbani. Ikhlas merupakan sebuah sifat atau juga maqamat yang berhubungan dengan Allah. Misalnya seorang hamba yang ikhlas ketika mendapatkan rezeki dari hasil perniagaannya, kendati jumlahnya tidak sebesar hari-hari biasa. Hamba tersebut ikhlas tanpa menyalahkan atau pun berburuk sangka pada Allah SWT.
"Pada titik inilah dikatakan ikhlas itu adalah membangun hubungan baik dengan Allah SWT. Tidak berprasangka buruk kepada Allah SWT. Jadi kalau ada orang ibadahnya bagus, sholatnya bagus tepat waktu tetapi dia berprasangka buruk kepada Allah SWT, tidak menerima apa yang ditakdirkan rezeki yang sudah diberikan Allah, maka orang itu dikatakan tidak memiliki akhlak khususnya akhlak rabbaniyah," kata ustaz Mulawarman dalam program kajian Hawamisy Masjid Istiqlal Jakarta mengulas Kaifa Nata'amalu ma'al Quranil Karim beberapa hari lalu.
Kedua, akhlak insaniyyah. Adalah akhlak yang berhubungan dengan sesama manusia. Usatz Mulawarman mengatakan dengan semakin beragamnya media untuk berkomunikasi membuka peluang semakin besar terjadinya perselisihan di antara sesama manusia. Pada hal inilah menurutnya manusia memerlukan dan memiliki konsep Alquran tentang akhlak insaniyyah yakni bagaimana beretika sesama manusia. Karena itu ustaz Mulawarman mengatakan dalam Alquran ayat-ayat yang membicarakan tentang akhlak lebih banyak dari ayat-ayat yang membahas tentang syariat.