REPUBLIKA.CO.ID, KINSHASA -- Raja Belgia Philippe mengutarakan penyesalan terdalamnya atas penjajahan yang dilakukan negaranya terhadap Republik Demokratik Kongo pada masa silam. Hal itu disampaikan dalam kunjungan perdananya ke negara Afrika tersebut, Rabu (8/6/2022).
“Meskipun banyak orang Belgia berkomitmen dengan tulus, sangat mencintai Kongo dan rakyatnya, rezim kolonial seperti itu didasarkan pada eksploitasi serta dominasi,” kata Raja Philippe dalam pidatonya, dikutip laman Euronews.
Dia menekankan, rezim kolonial adalah salah satu dari hubungan yang tak setara. “Itu dengan sendirinya tidak dapat dibenarkan, ditandai dengan paternalisme, diskriminasi, dan rasialisme. Ini menimbulkan perlakuan kejam serta penghinaan,” ucapnya.
Atas dasar itu, Raja Philippe mengungkapkan penyesalan terdalamnya atas luka yang ditorehkan para leluhurnya terhadap Kongo. Pada kesempatan itu, Raja Philippe turut mengembalikan artefak hasil jarahan pada masa kolonial Belgia di negara tersebut.
Raja Philippe tiba di Kinshasa pada Selasa (7/6/2022). Dia diagendakan berada di Kongo selama enam hari. Karena perdana, lawatannya ke negara tersebut menjadi momen bersejarah. Kunjungannya pun dipandang sebagai kesempatan untuk rekonsiliasi.
Pada 1885-1908, Kongo diperintah Raja Leopold II. Dia saudara laki-laki dari kakek buyut Raja Philippe. Pada masa itu, Raja Lepold II memperlakukan Kongo seperti properti pribadinya.
Menurut para sejarawan, jutaan warga Kongo tewas terbunuh atau meninggal karena penyakit selama masa kolonialisme Belgia. Sebab kala itu, mereka dipaksa dan diperbudak untuk mengumpulkan karet. Belgia juga merampas kekayaan mineral, kayu, dan gading milik negara tersebut. Penjajahan Belgia atas Kongo adalah salah satu yang paling keras yang dipaksakan kekuatan Eropa di Afrika.
Saat Kongo memperingati hari kemerdekaannya yang ke-60 pada 2020, Raja Philippe menulis surat kepada Presiden Kongo Felix Tshisekedi. Lewat surat itu Raja Philippe untuk pertama kalinya menyampaikan penyesalan terdalamnya atas rezim kolonial Belgia di Kongo pada masa silam.