Kamis 09 Jun 2022 10:43 WIB

Raja Philippe Sesalkan Penjajahan Belgia Atas Kongo

Raja Philippe turut mengembalikan artefak hasil jarahan pada masa kolonial Belgia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Raja Philippe dari Belgia, kanan, menyapa kopral berusia 100 tahun Albert Kunyuku, veteran Kongo terakhir yang selamat dari Perang Dunia II selama upacara di Veterans Memorial di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo, Rabu 8 Juni 2022. Raja Philippe adalah pada hari kedua dari enam hari kunjungannya.
Foto: AP Photo/Samy Ntumba Shambuyi
Raja Philippe dari Belgia, kanan, menyapa kopral berusia 100 tahun Albert Kunyuku, veteran Kongo terakhir yang selamat dari Perang Dunia II selama upacara di Veterans Memorial di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo, Rabu 8 Juni 2022. Raja Philippe adalah pada hari kedua dari enam hari kunjungannya.

REPUBLIKA.CO.ID, KINSHASA -- Raja Belgia Philippe mengutarakan penyesalan terdalamnya atas penjajahan yang dilakukan negaranya terhadap Republik Demokratik Kongo pada masa silam. Hal itu disampaikan dalam kunjungan perdananya ke negara Afrika tersebut, Rabu (8/6/2022). 

“Meskipun banyak orang Belgia berkomitmen dengan tulus, sangat mencintai Kongo dan rakyatnya, rezim kolonial seperti itu didasarkan pada eksploitasi serta dominasi,” kata Raja Philippe dalam pidatonya, dikutip laman Euronews.

Baca Juga

Dia menekankan, rezim kolonial adalah salah satu dari hubungan yang tak setara. “Itu dengan sendirinya tidak dapat dibenarkan, ditandai dengan paternalisme, diskriminasi, dan rasialisme. Ini menimbulkan perlakuan kejam serta penghinaan,” ucapnya.

Atas dasar itu, Raja Philippe mengungkapkan penyesalan terdalamnya atas luka yang ditorehkan para leluhurnya terhadap Kongo. Pada kesempatan itu, Raja Philippe turut mengembalikan artefak hasil jarahan pada masa kolonial Belgia di negara tersebut.

Raja Philippe tiba di Kinshasa pada Selasa (7/6/2022). Dia diagendakan berada di Kongo selama enam hari. Karena perdana, lawatannya ke negara tersebut menjadi momen bersejarah. Kunjungannya pun dipandang sebagai kesempatan untuk rekonsiliasi.

Pada 1885-1908, Kongo diperintah Raja Leopold II. Dia saudara laki-laki dari kakek buyut Raja Philippe. Pada masa itu, Raja Lepold II memperlakukan Kongo seperti properti pribadinya.

Menurut para sejarawan, jutaan warga Kongo tewas terbunuh atau meninggal karena penyakit selama masa kolonialisme Belgia. Sebab kala itu, mereka dipaksa dan diperbudak untuk mengumpulkan karet. Belgia juga merampas kekayaan mineral, kayu, dan gading milik negara tersebut. Penjajahan Belgia atas Kongo adalah salah satu yang paling keras yang dipaksakan kekuatan Eropa di Afrika. 

Saat Kongo memperingati hari kemerdekaannya yang ke-60 pada 2020, Raja Philippe menulis surat kepada Presiden Kongo Felix Tshisekedi. Lewat surat itu Raja Philippe untuk pertama kalinya menyampaikan penyesalan terdalamnya atas rezim kolonial Belgia di Kongo pada masa silam. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement