Kamis 09 Jun 2022 12:40 WIB

Yayasan Kehati Ubah Lahan 25 Hektare Lahan Bekas Tambang Jadi Kawasan Konservasi

Sawahlunto sudah ditetapkan sebagai World Heritage City oleh UNESCO pada tahun 2019.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Agus Yulianto
Yayasan Kehati bersama Kementerian Lingkungan Hidup, Pemprov Sumbar dan Pemko Sawahlunto melakukan penghijauan di kawasan konservasi eks lahan tambang.
Foto: Humas Yayasan Kehati
Yayasan Kehati bersama Kementerian Lingkungan Hidup, Pemprov Sumbar dan Pemko Sawahlunto melakukan penghijauan di kawasan konservasi eks lahan tambang.

REPUBLIKA.CO.ID, SAWAHLUNTO -- Yayasan Kehati mengubah sebanyak 25 hektare lahan bekas tambang di Kota Sawahlunto, Sumatra Barat menjadi kawasan konservasi. Kawasan tersebut diberi nama Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Emil Salim. Diberi nama Emil Salim karena merupakan mantan Menteri era orde baru yang sudah dianggap sebagai tokoh lingkungan hidup. 

Lahan 25 hektare itu terletak di Kawasan Kandih, Sawahlunto. Konservasi lahan ini dilakukan oleh Yayasan Kehati bersama Kementerian Lingkungan Hidup, Pemprov Sumbar dan Pemko Sawahlunto.

“Kita tahu, ini adalah Kawasan yang berada lahan tidur bekas galian tambang batu bara peninggalan kolonial Belanda. Ada 25 hektare yang akan kita jadikan Taman Kehati,” kata Ketua Eksekutif Yayasan Kehati, Riki Frindos, Rabu (8/6).

 

photo
Yayasan Kehati bersama Kementerian Lingkungan Hidup, Pemprov Sumbar dan Pemko Sawahlunto mengubah lahan eks tambang menjadi kawasan konservasi. - (Humas Yayasan Kehari)

 

Selain akan digunakan sebagai tempat pencadangan sumber daya alam hayati lokal, juga akan menjadi objek wisata. Bahkan menjadi sistem penyangga tempat penelitian

Riki menyebut, Taman Kehati Emil Salim ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu destinasi wisata di Sawahlunto. Selain itu, menurut dia, juga dapat dimanfaatkan untuk memajukan perekonomian masyarakat. 

Riki menyebut, pihaknya memilih membantu konservasi lahan bekas tambang di Sawahlunto karena daerah tersebut telah menjadi perhatian dunia. Karena, Sawahlunto sudah ditetapkan sebagai World Heritage City oleh UNESCO pada tahun 2019.

Sebagai kota bekas tambang, Kota Sawahlunto mempunyai area reklamasi yang cukup luas dan Pemerintah Kota Sawahlunto mempunyai visi ingin mewujudkan kota bekas tambang menjadi kota  wisata , budaya dan lingkungan hidup.

Sementara itu, Pendiri Yayasan Kehati, Emil Salim, melalui siaran pers nya mengatakan dirinya pernah berkunjung ke Sawahlunto pada 2018 lalu. Sejak saat itu ia menilai lahan bekas tambang di Sawahlunto sangat cocok untuk dijadikan kawasan konservasi.

“Saat itu, saya terpesona dengan keadaan Sawahlunto. Sebagai wilayah persawahan yang dilalui aliran sungai Lunto, Sawahlunto merupakan daerah yang sangat subur yang juga memuat bahan baku batubara dengan kapasitas yang cukup banyak,” ujar Emil.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement