Kamis 09 Jun 2022 15:17 WIB

PMK Sudah Ditemukan di 12 Kapanewon di Sleman

Penyebaran PMK di Sleman ditengarai berasal dari masuknya ternak dari luar daerah.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus raharjo
Veteriner Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Sleman memeriksa sapi di Pasar Hewan Ambarketawang, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (21/5/2022). Pemeriksaan ini untuk antisipasi penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak yang dijual. Selain itu, dinas terkait saat ini menghimbau pedagang untuk tidak membeli dan memasukkan hewan ternak dari luar Sleman.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Veteriner Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Sleman memeriksa sapi di Pasar Hewan Ambarketawang, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (21/5/2022). Pemeriksaan ini untuk antisipasi penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak yang dijual. Selain itu, dinas terkait saat ini menghimbau pedagang untuk tidak membeli dan memasukkan hewan ternak dari luar Sleman.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Penyebaran virus penyakit mulut dan kuku (PMK) telah masuk di 12 kapanewon (setingkat kecamatan), Kabupaten Sleman. Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Nawangwulan mengatakan, tersisa lima kapanewon di Sleman yang belum ditemui kasus PMK. Situasi terkini penyebaran PMK telah ditemukan di 12 kapanewon.

"Mulai dari Kapanewon Moyudan, Gamping, Tempel, Mlati, Sleman, Ngaglik, Pakem, Ngemplak, Cangkringan, Berbah, Prambanan dan Kalasan," kata Nawangwulan, Kamis (9/6/2022).

Baca Juga

Nawangwulan mengatakan, sampai 8 Juni 2022, gambaran kasus PMK di Kabupaten Sleman yang telah dilaporkan mencapai 908 kasus. Terdiri dari 882 suspek ditambah 26 terkonfirmasi uji PCR PMK positif. Dari 908, 897 sakit dan ditangani, tiga mati dan delapan sembuh.

"Sebanyak 897 dalam pengawasan dan pengobatan oleh petugas teknis kesehatan hewan dan tidak ada yang dipotong paksa," ujar Nawangwulan.

Dari hasil investigasi di semua titik kejadian kasus, penyebaran PMK di Sleman ditengarai berasal dari masuknya ternak dari luar daerah. Pedagang ternak dan alat angkut dari luar daerah atau lokasi lain di Kabupaten Sleman.

Kemudian, mutasi ternak dalam wilayah di kabupaten Sleman, didukung sifat alami virus PMK yang bisa menyebar melalui udara. Tingginya angka kasus PMK di Sleman disebabkan kecepatan respons dan penelusuran oleh petugas teknis kesehatan hewan.

Ia menilai, ketersediaan sumber daya manusia dan pusat kesehatan hewan yang ada sangat mendukung kecepatan respons selama ini. Karenanya, Pemkab Sleman melalui Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan terus melakukan upaya-upaya penanganan.

Mulai dari melakukan koordinasi internal dan menggerakkan semua petugas di UPTD Balai Penyuluhan Pertanian, Pangan dan Perikanan, UPTD Pelayanan Kesehatan Hewan , UPTD Pasar Hewan (RPH), Rumah Potong Hewan dan Pusat Kesehatan Hewan.

"Untuk bersinergi mengawasi dan melakukan sosialisasi komunikasi, informasi dan edukasi PMK, serta respons cepat terhadap laporan masyarakat setiap kapanewon," kata Nawangwulan.

Memastikan ketersediaan obat, desinfektan, alat pelindung diri dan sarana lain di UPTD Pelayanan Kesehatan Hewan dan Pusat Kesehatan Hewan siap dipakai. Lalu, membuat tim monitoring lalu lintas ternak yang bertugas setiap kali pasaran.

Selain itu, mengecek laporan dari masyarakat terkait ternak yang menunjukkan gejala sakit, terutama yang mengarah ke PMK. Kemudian, melakukan pengobatan ke ternak yang secara klinis sudah menunjukkan adanya PMK.

"Adanya partisipasi dan peran serta dari pemilik dalam penanganan ternak yang menunjukkan gejala klinis PMK menunjukkan adanya kesembuhan ternak tersebut," ujar Nawangwulan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement