REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, kasus cacar monyet yang ditemukan di negara-negara non-endemik telah melampaui 1.000. Menurut dia, di beberapa negara, risiko penyakit tersebut nyata.
Ghebreyesus mengungkapkan, sejauh ini kasus cacar monyet sudah terdeteksi di 29 negara non-endemik, mencakup Eropa dan Amerika. “Risiko cacar monyet menjadi nyata di negara-negara non-endemik. WHO sangat prihatin dengan risiko virus ini untuk kelompok rentan, termasuk anak-anak dan wanita hamil,” katanya dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss, Rabu (8/6/2022), dikutip laman UN Geneva.
Dia mengatakan, kemunculan kasus cacar monyet yang tiba-tiba dan tak terduga di negara-negara non-endemik mengindikasikan bahwa penyakit tersebut tak terdeteksi selama beberapa waktu. Namun dia menekankan, virus penyebab penyakit tersebut dapat dicegah penyebaran atau penularannya.
WHO telah merilis panduan tentang pengawasan dan pelacakan kontak serta pengujian dan diagnosis laboratorium. Dalam beberapa hari mendatang, WHO juga akan menerbitkan panduan tentang perawatan klinis, pencegahan dan pengendalian infeksi, vaksinasi, serta panduan lebih lanjut tentang perlindungan masyarakat.
Menurut Ghebreyesus, pekan lalu WHO sudah mengadakan konsultasi dengan lebih dari 500 peneliti untuk meninjau apa yang diketahui dan tidak diketahui tentang penyebaran tak lazim kasus cacar monyet. “Kami juga bekerja sama dengan UNAIDS, organisasi masyarakat sipil dan komunitas pria yang berhubungan seks dengan pria untuk mendengarkan pertanyaan mereka dan memberikan informasi tentang apa itu cacar monyet serta bagaimana cara menghindarinya,” ucapnya.
Pemimpin teknis WHO untuk wabah cacar monyet, Dr. Rosamund Lewis, mengungkapkan, kasus cacar monyet di negara-negara non-endemik saat ini kebanyakan ditemukan pada laki-laki homoseksual. “Ada beberapa laporan sekarang tentang kasus di antara wanita. Saat ini masih ada peluang untuk mencegah penyebaran cacar monyet pada mereka yang berisiko tinggi,” katanya.
Kasus cacar monyet biasanya ditemukan di negara-negara Afrika. Penemuan kasusnya di negara-negara non-endemik telah memicu kekhawatiran tentang potensi penyakit tersebut menjadi pandemi baru. Namun WHO telah menyatakan, penyebaran penyakit itu dapat dikendalikan jika negara-negara mengambil tindakan pencegahan dan penanganan yang tepat.