REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Depresiasi "signifikan" yen baru-baru ini mencerminkan fundamental. Hal itu seperti ekspektasi pasar mengenai arah kebijakan moneter yang berbeda antara Jepang dan Amerika Serikat, kata seorang pejabat senior Dana Moneter Internasional (IMF), Kamis (9/7/2022).
Kepala Misi IMF di Jepang, Ranil Salgado mengatakan, pergerakan yen baru-baru ini terhadap dolar AS sangat berkorelasi dengan perbedaan suku bunga Jepang dan AS.
Naiknya harga bahan mentah global juga membebani yen. Karena Jepang merupakan importir komoditas utama sehingga harus membayar lebih banyak dolar AS.
"Kami percaya bahwa pergerakan yen mencerminkan fundamental," kata Salgado dalam sebuah seminar daring.
Ia menambahkan, IMF melihat efek positif dan negatif dalam depresiasi yen. "Pelemahan yen akan membantu eksportir dan memfasilitasi pencapaian target inflasi 2,0 persen bank sentral Jepang dengan mendorong naik harga-harga impor," kata Salgado.
Namun, depresiasi yen akan merugikan importir dan rumah tangga. Sebab, tekanan terhadap yen akan mendorong naik biaya hidup.
Yen turun ke level terendah baru 20 tahun di 134,56 per dolar AS pada Kamis (9/6/2022), terbebani oleh kenaikan suku bunga di tempat lain pada. Sementara Bank Sentral Jepang tetap terikat untuk menjaga kebijakan.