REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Air berwarna biru kristal, tanpa jejak limbah, pasir kekuningan bersih dan bau asin menyenangkan menjadi pemandangan pertama kali dirasakan oleh warga Gaza selama bertahun-tahun. Sebelumnya, mereka hanya bisa menikmati lingkungan pantai yang kotor dan berbahaya.
Sejak pekan ini, pantai berpasir tampak hampir kosong dari peringatan untuk tidak berenang bagi para pengunjung. Sebanyak puluhan juta meter kubik limbah yang tidak diolah yang biasa mengalir ke laut setiap hari telah menghilang.
Limbah yang tidak diolah telah mengalir langsung ke perairan Gaza selama bertahun-tahun. Kondisi ini menyebabkan bencana lingkungan yang telah merusak salah satu dari sedikit tempat yang tersedia untuk berenang bagi orang-orang yang terkunci di jalur pantai yang sempit.
Musim ini berbeda, fasilitas pengolahan limbah yang didanai secara internasional di seluruh daerah kantong pantai telah meningkatkan operasinya. Akibat tindakan ini, polusi berkurang ke tingkat terendah dalam beberapa tahun.
"Kami tidak bisa datang sebelumnya karena laut tercemar dan jika kami melakukannya, anak-anak kami biasanya pulang dengan membawa virus dan penyakit kulit," kata salah satu warga Gaza Sahar Abu Bashir.
"Hari ini daerah itu bersih dan lautnya bersih. Kami merasa seperti berada di negara lain," kata ibu empat anak itu.
Orang-orang duduk di meja plastik bundar di tepi air, sementara anak-anak bermain dengan pelampung atau balon. Di beberapa titik, pemilik kuda memandikan hewannya di air laut yang sejuk.
Otoritas Kualitas dan Air Lingkungan yang dikelola Hamas mengatakan, limbah yang dibuang ke laut sekarang telah diolah sebagian. Tindakan ini membuat 65 persen pantai aman dan bersih, dengan rencana untuk tersebut memperluasnya.
"Musim panas di Jalur Gaza akan relatif aman dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena peningkatan kualitas air laut yang nyata," kata direktur sumber daya lingkungan Mohammad Mesleh.
Dengan bibir pantai yang bersih pun berdampak dengan melonjaknya kedatangan para wisatawan di sekitar Gaza. Contoh saja Di Deir Al-Balah, wilayah Gaza bagian selatan, orang-orang memadati resor tepi pantai yang disebut The Old Nights yang dibangun di puncak bukit yang menghadap ke pantai.
Menurut pemilik The Old Nights Rami Al-Naa'ouq, para pengunjung dapat menyantap hidangan di dalam struktur kayu berwarna-warni, dibangun menyerupai puncak bukit berwarna alami di beberapa negara Asia. "Ketika tidak ada polusi, saya akan memiliki banyak pelanggan di tempat saya. Itu membantu saya menebus kerugian dalam berinovasi dan menyiapkan tempat untuk tahun baru," katanya.
Wilayah berukuran 375 kilometer persegi ini adalah rumah bagi 2,3 warga Palestina. Kebanyakan dari warganya tidak mampu melakukan perjalanan karena kemiskinan dan pengangguran mencapai sekitar 50 persen. Ditambah lagi pembatasan di perbatasan yang sangat ketat.