Jumat 10 Jun 2022 04:40 WIB

Tujuh Sunah yang Dilakukan Saat Mengumandangkan Azan

Ada tujuh sunnah yang dilakukan saat mengumandangkan adzan.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Agung Sasongko
Muazin mengumandangkan Adzan. (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Muazin mengumandangkan Adzan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain syarat sahnya adzan, ketika mengumandangkan adzan juga terdapat sunnah-sunnah yang dianjurkan. Dalam buku Risalah Adzan karya Ahmad Zarkasih disebutkan tujuh sunnah mengumandangkan adzan, diantaranya, 

Pertama, menghadap kiblat ketika azan.

Baca Juga

Kedua, Muazin dalam keadaan suci. 

Ketiga,  mengumandangkan azan dengan berdiri karena orang berdiri suaranya lebih lantang dibanding tidak berdiri.

Keempat, menengok ke kanan dan ke kiri ketika mengumandangkan azan agar suaranya tersebar ke segala penjuru.

Kelima, Tarji,  yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat sebelum mengumandangkan syahadat secara lantang.

Keenam, Tatswib, menambahkan as Shalatu khairun minannaum pada azan subuh sebanyak dua kali setelah hayya ' alal falah.

Ketujuh, Tartil,  yaitu melantunkan adzan dengan memperhatikan makhraj serta tajwidnya. 

Tentu di samping sunnah-sunnah yang tadi disebutkan, ulama juga menganjurkan untuk soerang muazin sebaiknya adalah orang yang mempunyai suara menggetarkan jiwa pendengarnya karena memang itu tujuan disyariatkannya azan, untuk menggerakan hati pendengarnya menerima panggilan dan datang shalat. 

Ulama juga memberikan pesan dalam adzan ini untuk tidak melantunkan irama adzan yang berlebihan. Atau malah diiramakan dengan irama yang identik dengan irama orang-orang fasiq atau orang-orang non muslim. Sehingga sebaiknya kumandangkan azan sebagaimana mestinya tanpa irama yang mengada-ada.n 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement