Jumat 10 Jun 2022 02:56 WIB

Pertama Kali, MIkroplastik Ditemukan di Salju Antartika

Konsumsi mikroplastik oleh krill Antartika berdampak pada seluruh rantai makanan.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Salju di Antartika. ilustrasi
Foto: Jason Auch/Wikimedia
Salju di Antartika. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi mengungkapkan pertama kalinya mikroplastik ditemukan di salju Antartika. Mikroplastik terbentuk ketika plastik terdegradasi yang menyebabkan kerusakan ekologis pada laut, iklim, dan organisme.

Sebelumnya, mikroplastik baru ditemukan di sedimen laut dalam, sedimen laut, laut, dan air permukaan di wilayah Antartika. “Implikasi mikroplastik mencapai daerah terpencil seperti Antartika. Organisme Antartika telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ekstrem selama jutaan tahun dan perubahan lingkungan yang cepat mengancam ekosistem,” kata penelitian dalam jurnal European Geosciences Union The Cryosphere yang diterbitkan pada Selasa.

Baca Juga

Para peneliti mengumpulkan 19 sampel antara 30 November dan 2 Desember 2019 dari situs-situs di Pulau Ross, Antartika. Enam berasal dari lokasi dekat stasiun penelitian dan 13 dari lokasi terpencil. Mikroplastik yang dicurigai itu diidentifikasi secara kimia di laboratorium di Selandia Baru.

Mikroplastik ditemukan di semua sampel dengan total 109 partikel dikonfirmasi di 19 sampel lapangan. “Mikroplastik dapat mempercepat pencairan kriosfer ketika hadir di salju dan es di daerah pegunungan atau kutub. Mikroplastik selanjutnya dapat memengaruhi iklim dengan bertindak sebagai inti es awan di atmosfer,” ujarnya.

Dikutip CNet, Kamis (9/6/2022), konsumsi mikroplastik oleh krill Antartika juga dapat berdampak negatif pada seluruh rantai makanan Antartika. Predator kutub yang lebih tinggi termasuk gentoo, Adélie, chinstrap dan penguin King juga ditemukan memiliki mikroplastik dalam makanan mereka. Efek polusi telah menempatkan penguin Kaisar pada risiko dengan model saat ini memprediksi penurunan populasi sebesar 81 persen pada tahun 2100.

Untuk sebagian besar sampel, sumber mikroplastik jangka pendek yang paling mungkin adalah angin yang menyapu di atas pangkalan lokal. Namun, untuk lokasi dengan lintasan angin yang tidak melewati stasiun berawak, kemungkinan penyebabnya adalah mikroplastik yang tertiup dari laut terdekat ke salju.

"Miris, konsentrasi rata-rata mikroplastik yang ditemukan dalam penelitian ini lebih tinggi daripada di sekitar Laut Ross dan yang dilaporkan di es laut Antartika Timur," kata studi tersebut.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement