Jumat 10 Jun 2022 06:25 WIB

Ukraina Minta Rusia Dikeluarkan dari Organisasi Pangan Dunia

Ukraina menilai Rusia sebabkan melonjaknya kelaparan di dunia

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nashih Nashrullah
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menilai Rusia sebabkan melonjaknya kelaparan di dunia
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menilai Rusia sebabkan melonjaknya kelaparan di dunia

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah menyerukan agar Rusia dikeluarkan dari Food and Agriculture Organization (FAO). Dia menyalahkan Moskow atas terjadinya krisis gandum global. 

“Tidak ada diskusi untuk memperpanjang keanggotaan Rusia di FAO,” kata Zelensky saat berbicara lewat tautan video kepada para delegasi dalam pertemuan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) di Paris, Prancis, Kamis (9/6/2022). 

Baca Juga

Pada kesempatan itu, Zelensky kembali mengingatkan bahwa misi FAO, yang aktif di 130 negara, adalah mencapai ketahanan pangan untuk semua. 

“Apa yang harus dilakukan Rusia (di FAO) jika mereka menyebabkan kelaparan setidaknya 400 juta atau berpotensi lebih dari 1 miliar orang?” ucapnya. 

Sebelumnya Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan dampak konflik Rusia-Ukraina bagi dunia bisa semakin memburuk. 

Menurutnya, 1,6 miliar orang di berbagai negara bakal menanggung imbas perang antara dua negara bekas Uni Soviet tersebut. “Dampak perang terhadap ketahanan pangan, energi, dan keuangan bersifat sistemik, parah, serta semakin cepat,” kata Guterres saat mempresentasikan laporan kedua tentang dampak konflik Rusia-Ukraina, Rabu (8/6/2022). 

Dia mengkhawatirkan krisis yang bisa muncul sebagai konsekuensi perang Rusia-Ukraina. “Bagi orang-orang di seluruh dunia, perang mengancam untuk melepaskan gelombang kelaparan dan kemelaratan yang belum pernah terjadi sebelumnya, meninggalkan kekacauan sosial serta ekonomi di belakangnya,” ucapnya. 

Guterres berpendapat, krisis pangan yang berlangsung saat ini terjadi akibat kurangnya akses. Namun tahun depan, hal itu bisa terjadi karena kekurangan pangan. “Hanya ada satu cara untuk menghentikan kumpulan badai ini yaitu invasi Rusia ke Ukraina harus diakhiri,” ujarnya. 

Menurut laporan PBB, jumlah orang dengan rawan pangan bisa meningkat sebanyak 47 juta jiwa tahun ini akibat konflik Rusia-Ukraina. 

Dengan demikian, totalnya dapat menembus 323 juta pada akhir tahun. Laporan PBB pun mengungkapkan, hingga lebih 58 juta orang di Afrika mungkin jatuh ke dalam kemiskinan tahun ini. 

Laporan PBB memprediksi, kemiskinan ekstrem di Timur Tengah dan Afrika Utara bisa bertambah 2,8 juta orang tahun ini. Sementara di Asia Selatan, 500 juta orang berisiko. 

“Upaya nyata harus dilakukan untuk memastikan pasokan penting makanan dan energi menjangkau yang paling rentan,” kata PBB dalam laporannya. 

Ukraina dan Rusia adalah pemain besar dalam produksi pangan dunia. Menurut PBB, mereka mewakili 53 persen perdagangan global minyak bunga matahari dan biji-bijian, serta 27 persen gandum. Di Afrika, 25 negara mengimpor lebih dari sepertiga gandum mereka dari Ukraina dan Rusia. 

Selain itu, Rusia dan Ukraina mengekspor 28 persen pupuk yang terbuat dari nitrogen dan fosfor, serta kalium. Konflik telah menghambat Ukraina melakukan pengiriman pasokan ke luar negeri. Sementara sanksi Barat telah mencegat Rusia mengekspor komoditas-komoditasnya.      

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement