REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekalahan dari Islandia menjadi momen sulit bagi Bruno Martins Indi. Kekalahan itu juga yang membuat namanya terlempar dari skuad timnas Belanda dalam kurun waktu lama. Namun, kini Martins Indi mengakhiri penantian lima tahunnya setelah skuad De Oranje membungkus namanya untuk ikut dalam ajang UEFA Nations League.
Insiden di Stadion Amsterdam Arena 3 September 2015 itu tentu tak akan pernah dilupakan oleh Martins Indi usai terlibat ketegangan dengan pemain Islandia, Kolbeinn Sighthorsson. Sejak saat itu namanya menghilang dari panggilan tim utama Belanda.
Aksi Martins Indi pada gelaran kualifikasi Euro 2016 membuat Belanda akhirnya gagal 'mejeng'. Perbuatannya pun dikecam oleh banyak pemain De Oranje, termasuk pelatih Danny Blind.
"Sulit untuk seorang pemain muda pada saat itu untuk bangkit kembali. Saya tidak senang dengan komentar banyak orang, tetapi mereka berhak memberikan pendapat," kata Martins Indi kepada The Guardian beberapa waktu lalu.
Namun berbanding terbalik, komentar Blind saat itu mendapat tanggapan kontra dari tokoh sepak bola semacam Louis van Gaal, Ronald Koeman, serta Mark Hughes yang menyebut setiap pemain telah mengambil tugas dan tanggung jawab yang berat di atas lapangan.
"Saya memiliki kemewahan pelatihan di bawah Koeman dan Van Gaal. Mereka memberi saya banyak tanggung jawab di usia muda, memimpin, dan membangun lini belakang," sambung Martins Indi.
Sedemikain kepincutnya Van Gaal dengan Martins Indi menghadirkan rencana transfer sang pemain dari FC Porto ke Manchester United pada era kepemimpinan sang tangan besi di Stadion Old Trafford. Meski akhirnya, Martins Indi justru merapat ke Stoke City.
Singkat cerita, penantian Martins Indi untuk kembali ke pelukan De Oranje berakhir. Lima tahun diasingkan dari timnas Belanda, ia kembali merasakan sensasi bermain untuk negaranya. Lagi-lagi, Van Gaal-lah yang membuat karier sang pemain terselamatkan.
Van Gaal yang kini menjabat lagi sebagai pelatih utama timnas Belanda punya alasan masuk akal untuk membawa pulang Martins Indi. Pasalnya, bek berusia 30 tahun itu tampil garang bersama AZ Alkmaar dalam kompetisi Eredivisie Belanda musim lalu.
Martins Indi pun tampil dengan perasaan bahagia, meski hanya bermain sebagai pemain pengganti Matthijs de Ligt pada menit ke-84. Ia sukses mengantarkan Belanda menang tipis 2-1 atas Wales pada lanjutan Grup A4 UEFA Nations League awal pekan ini.
Hasil ini membuat timnas Belanda sementara berada di peringkat pertama Grup A4 dengan perolehan enam angka, hasil dari dua kemenangan atas Belgia dan juga Wales.
Bersamaan dengan meningkatnya performa, Martins Indi menjelaskan bahwa itu semua tak lepas dari nilai-nilai keyakinan yang ia miliki selama ini sebagai seorang Muslim.
"Saya akui nilai-nilai dalam Islam, ketika mengamalkannya, memberikan ketenangan tersendiri dalam hidup. Tak perlu menunjukkan kepada orang, saya hanya cukup melakukannya dalam kehidupan sehari-hari," kata Martins Indi.
Selain tetap menjaga nilai-nilai luhur moralitas, agama Islam bagi Martins Indi tentu merupakan sumber kekuatan semangat dalam menjalani rutinitas untuk bisa lebih baik.
Berkat segala pembelajaran dan keyakinannya dalam menjalani ajaran Islam, sampai sekarang Martins Indi tetap menjadi pribadi yang positif dan selalu menganggap bahwa di balik hal-hal buruk yang ia alami, ada hal baik yang bisa diambil faedahnya.