REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak para pengusaha Hipmi untuk memanfaatkan kondisi kenaikan harga pangan maupun energi yang terjadi di dunia saat ini. Ia mengatakan, kenaikan harga pangan dan juga energi ini menjadi persoalan besar yang dihadapi pemerintah.
“Inilah yang perlu saya ingatkan, yang berkaitan dengan pangan itu hati-hati ke depan. Tetapi juga menjadi peluang bagi para pengusaha, terutama anggota Hipmi untuk masuk ke bidang-bidang ini. Pangan, energi ini adalah peluang,” kata Jokowi dalam sambutannya di HUT 50 tahun Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) di JCC, Jakarta, Jumat (10/6).
Jokowi menjelaskan, kenaikan harga energi dan juga pangan akan berimbas pada kenaikan inflasi. Ia menyebut, saat ini harga gas alam pun sudah mengalami kenaikan hingga 153 persen, sedangkan batubara naik 133 persen. Meskipun begitu, kondisi ini dinilainya menggembirakan bagi beberapa pengusaha di Indonesia.
Selain itu, kenaikan harga juga terjadi pada komoditas minyak hingga 58 persen dan juga CPO yang naik 27 persen. Jokowi juga meminta agar mewaspadai kenaikan harga gandum dan kedelai yang juga akan berimbas ke banyak hal dan dapat menyebabkan kenaikan inflasi.
“Gandum karena penghasil gandum 30-40 persen Ukraina dan Rusia sekarang bermasalah, gandum seluruh dunia harganya naik. Dan kita nanti di sini ada mie, di sini ada roti, semuanya berasal dari gandum,” ujar dia.
Sedangkan untuk komoditas jagung, Jokowi menyebut pemerintah berhasil menurunkan jumlah impor jagung dari 3,5 juta ton di 2017 menjadi 800 ribu ton di kuartal pertama 2022. Ia melanjutkan, saat ini diperkirakan akan terdapat sekitar 13 juta orang yang mulai mengalami krisis pangan di sejumlah negara.
Sementara sebanyak 22 negara di dunia juga telah mulai membatasi ekspor pangan. Karena itu, Jokowi pun menekankan pentingnya kemandirian pangan di Tanah Air.
Jokowi berharap para pengusaha Hipmi mampu memanfaatkan peluang dari kenaikan sejumlah harga pangan dan energi ini, yakni dengan menanam berbagai alternatif bahan pangan seperti sorgum, porang, sagu, singkong, dll.
“Saya mengajak kepada seluruh anggota Hipmi untuk masuk ke bidang ini. Tanam yang tadi kurang, jelas jagung, untung pasti untung karena harganya jagung baik. Tanam yang lain yang pangan, sorgum yang ga pernah kita tanam, tanam sorgum, terutama di NTT,” jelasnya.
Ia juga meyakini, krisis pangan ini akan menjadi masalah besar ke depannya mengingat terjadinya perubahan iklim yang dihadapi dunia saat ini.