Jumat 10 Jun 2022 18:47 WIB

Masuknya Subvarian Baru BA.4 dan BA.5 Memang Hanya Masalah Waktu

Tingkat keparahan BA.4 atau BA.5 disebut lebih rendah dari varian Omicron lain.

Empat kasus yang teridentifikasi varian Omicron BA.4 dan BA.5 teridentifikasi di Indonesia.
Foto: www.wikimedia.org
Empat kasus yang teridentifikasi varian Omicron BA.4 dan BA.5 teridentifikasi di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Dian Fath Risalah, Gumanti Awaliyah

Masuknya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 ke Indonesia sebenarnya sudah diprediksi. Terutama ketika negara-negara terdekat dengan Indonesia sudah mengonfirmasi masuknya subvarian baru dan perbatasan antarnegara juga sudah dibuka.  

Baca Juga

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan, situasi Covid-19 global, apalagi di negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Australia, akan sangat mempengaruhi situasi Covid-19 di Indonesia. "Pandemi seperti itu, sementara kita tidak mungkin menutup diri mencegah masuknya virus dengan menutup pintu masuk dengan mengandalkan blokade. Artinya ketika di Singapura terdeteksi BA.4 dan BA.5,  di negara Eropa juga sudah terdeteksi maka itu perkara waktu saja terdeteksi di Indonesia," ujarnya saat dihubungi Republika, Jumat (10/6/2022).

Menurutnya, situasi globalisasi saat ini yang melonggarkan interaksi maka sulit menghindari masuknya satu varian atau subvarian baru. Bahkan, ketika varian atau subvarian ditemukan di negara tetangga seperti Singapura maka potensi terjadi di Indonesia tentu jelas besar.

Dicky memperkirakan, ketika satu kasus ditemukan di Indonesia, sebetulnya kejadian Omicron dan subvariannya sudah ada sejak sepekan lalu. Apalagi, ia mengingatkan kasus Covid-19 didominasi oleh yang tidak bergejala.

"Kemudian, kalau ditanya apakah infeksi ini bisa menambah kasus Covid-19 di Indonesia? Ya jelas ada dan itu sudah terbukti terjadi di banyak negara seperti China, Jepang, hingga Taiwan. Jadi, kasus infeksinya sulit dihindari karena kemampuan BA.4 dan BA.5 yang bisa bersirkulasi dan menginfeksi," katanya.

Bahkan, Dicky memperkirakan kasus subvarian BA.4 dan BA.5 bisa menginfeksi orang yang sudah divaksin. Namun, karena orang yang divaksin sudah memiliki proteksi karena sudah disuntik tiga dosis maka lebih aman meski terinfeksi tanpa gejala. Yang menjadi masalah dan Dicky khawatirkan adalah ketika cakupan vaksinasi Covid-19 tiga dosis rendah, khususnya kelompok rawan seperti lanjut usia, penyakit penyerta (komorbid) yang akan berpotensi menambah kasus atau perawatan rumah sakit, hingga kematian.

"Bahkan, di Taiwan, angka kematian akibat penularan subvarian ini lebih tinggi dibandingkan varian Delta," ujarnya.

Oleh karena itu, Dicky kembali mengingatkan supaya masyarakat tidak boleh terlalu euforia karena status Covid-19 masih pandemi. Ketika terjadi pandemi, dia melanjutkan, apa yang terjadi di luar negeri bisa terjadi di Indonesia. Untuk menghadapi masalah ini, ia meminta pemerintah melakukan akselerasi cakupan vaksin Covid-19 dosis ketiga, khususnya kelompok rawan yang berisiko tinggi.

"Kalau rekomendasi saya di akhir tahun ini ditargetkan 50 persen dari total populasi Indonesia sudah mendapatkan vaksin Covid-19 dosis ketiga dan setidaknya 70 persen dari kelompok berisiko juga mendapatkan dosis ketiga. Bila diperlukan, di beberapa kasus dan kelompok bisa diberikan dosis keempat," katanya.

Selain itu, Dicky juga meminta adanya literasi membangun kewaspadaan, persepsi risiko dengan strategi risiko yang baik, konsisten agar masyarakat tetap menerapkan pola hidup sehat, bersih, dan adaptif terhadap situasi pandemi. Yaitu memakai masker, mencuci tangan, meminimalisir keramaian dan kerumunan. Ia menambahkan, selain literasi, pemerintah juga berkewajiban menjaga konsistensi surveillans sesuai skala. Selain itu, ia meminta adanya perbaikan sirkulasi udara dan ventilasi di banyak tempat, khususnya dalam ruangan seperti jendela.

"Karena ini penyakit ditularkan melalui udara. Jadi, faktor lingkungan diperbaiki," katanya.

Selain itu, ia meminta faktor manusia diperbaiki, baik internal yaitu proteksi vaksinasi maupun eksternal perilaku pakai masker yang dibenahi. Dicky menegaskan, upaya ini tak bisa ditunda. Kalau upaya ini tidak bisa dilakukan segera maka artinya menumpuk pekerjaan rumah. Dicky memperkirakan dampak Covid-19 nantinya juga masih ada langsung atau tak langsung.

Hari ini Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap varian baru corona BA.4 dan BA.5 yang dikhawatirkan menjadi pemicu gelombang Omicron baru Singapura sudah ditemukan di Indonesia. Menurutnya, hal ini menjadi penyebab utama Corona di Indonesia belakangan kembali meningkat.

Ia menyebut ada empat kasus yang teridentifikasi varian baru Corona BA.4 dan BA.5. Menkes mengingatkan kedua varian tersebut bisa lolos dari imunitas pasca vaksinasi Covid-19. "Yang perlu dipahami kenaikan dari kasus disebabkan oleh varian baru jadi kita sudah memastikan penyebab kasus naik pasti adanya varian baru," tuturnya saat ditemui di Gedung Kementerian Kesehatan RI, Jumat (10/6/2022).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement