REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Andy Fefta Wijaya, MDA., Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya menilai hasil survei politik yang dibuat oleh Poltracking Indonesia juga membuat simulasi Prabowo Subianto melawan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto melawan Anies Baswedan. Dari Simulasi tersebut Prabowo masih lebih unggul dibandingkan capres lainnya.
Namun ketika dipasangkan capres tersebut dengan tokoh lain yang menjadi cawapres, maka Ganjar Pranowo lebih unggul dari Prabowo Subianto.
"Sehingga tokoh pendamping capres juga memegang peran yang sangat penting untuk meningkatkan elektabilitas. Capres yang dipasangkan dengan Erick Thohir mampu meningkatkan elektabilitas. Bahkan hasil survei yang dibuat Poltracking, elektabilitas pasangan Ganjar dan Erick Thohir merupakan yang tertinggi," kata Andy, Jumat (10/6/2022).
Simulasi yang dibuat oleh Poltracking Indonesia menyebutkan elektabilitas pasangan Ganjar Pranowo-Erick Thohir merupakan yang tertinggi diantara calon pasangan lainnya. Elektabilitas pasangan Ganjar Erick mencapai 27,6%. Sedangkan simulasi calon pasangan yang dibuat Poltracking Indonesia untuk Prabowo Subianto-Puan 20,7%.
Hasil survei yang dilakukan Poltracking Indonesia juga menyebutkan faktor cawapres sangat menentukan kemenangan di pilpres 2024. Erick Thohir saat ini mencapai 12,4%. Bahkan jika Prabowo Subianto disandingkan dengan Erick Thohir, maka elektabilitas pasangan ini menurut Poltracking Indonesia bisa mencapai 22,5%.
Survei elektabilitas yang dibuat oleh berbagai lembaga survei politik menurut Andy masih akan dapat berubah hingga menjelang pilpres 2024 mendatang. Sehingga hasil pooling yang dibuat oleh seluruh lembaga survei politik dinilai Andy masih menjadi fenomena keinginan masyarakat jika pilpres dilakukan saat ini.
Lanjut Andy, para tokoh yang akan maju di pilpres 2024 jangan puas dengan hasil survei politik yang dikeluarkan oleh lembaga survei. Sebab elektabilitas tokoh politik akan dengan mudah berubah. Agar elektabilitas dapat terus meningkat para tokoh yang akan maju menjadi capres di pilpres 2024 harus menunjukan kinerja terbaiknya kepada masyarakat.
Terlebih lagi Erick yang belum pernah bertarung di pilpres. Andy mengatakan Erick harus kerja keras dan menunjukan kinerja yang bagus di BUMN.
"Terlebih lagi tokoh yang digadang-gadang menjadi capres seperti Ganjar dan Anies serta cawapres seperti Erick Thohir bukan merupakan pemilik partai. Tokoh pemilik partai kan Prabowo, Puan dan AHY. Nilai tawar antara tokoh pemilik partai dan tidak tentu akan berbeda. Faktor pemilik partai juga menentukan. Pak Erick merupakan tokoh yang saat ini bersinar dan kalau beliau mau sukses di pilpres ia harus terus menunjukan kerja nyatanya di BUMN,"ungkap Andy.
Menurut Andy, kemungkinan besar pemilik partai akan mengajukan namanya sendiri untuk maju di pilpres 2024. Sehingga tokoh yang tak memiliki partai bisa tak mendapatkan tiket untuk maju di pilpres 2024. Bisa juga para pemilik partai akan bernegosiasi dengan para tokoh yang berpotensi menang di pilpres 2024.
Agar para tokoh potensial yang bukan pemilik partai ini bisa mendapatkan tiket ke pilpres 2024, menurut Andy mereka harus menunjukan kinerja yang ciamik. Selain itu para tokoh yang ingin maju di kontestasi pilpres 2024 juga harus bisa menjawab tantangan masyarakat Indonesia kedepan. Tantangan masyarakat Indonesia kedepan adalah kesejahteraan rakyat dan keamanan Nasional.
"Isu Ekonomi dan keamanan Nasional harus menjadi perhatian para tokoh. Perang Rusia dan Ukraina bisa berpotensi Cina untuk melakukan hal serupa di Natuna. Capres harus memiliki visi untuk menjawab 2 tantangan besar tersebut,"kata Andy.
Sementara itu pertemuan Presiden Jokowi dengan Ganjar dan Erick di Batang beberapa waktu yang lalu dinilai Andy merupakan sinyal dukungan Jokowi ke tokoh Nasional yang akan maju di pilpres 2024. Lanjut Andy, dukungan yang diberikan Presiden Jokowi ini juga diberikan ke tokoh Nasional lainnya seperti Prabowo dan Anies.
"Jokowi sebagai calon mantan presiden juga ingin menjadi king maker di perpolitikan Nasional dikemudian hari. Beliau juga memberikan ruang dan dukungan bagi semua tokoh potensial yang akan maju di pilpres 2024. Sehingga ketika nanti menjadi mantan presiden, keberadaan beliau masih diperhitungkan di kancah politik Nasional. Meski beliau tak memiliki partai. Kalau Projo terlalu kandidat sentris, maka mereka sendiri yang akan rugi," kata Andy.