Sabtu 11 Jun 2022 00:22 WIB

Kemenkes: Kenaikan Kasus COVID-19 Masih di Bawah Standar WHO

Angka positivity rate Indonesia sebesar 1,15 persen, kauh di bawah standar WHO.

Red: Friska Yolandha
Tim Satuan Tugas COVID-19 Kota Medan memeriksa empat sampel swab antigen pengunjung salah satu kafe saat razia protokol kesehatan di Marelan, Medan, Sumatera Utara, Sabtu (12/3/2022) malam. Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Syahril mengatakan bahwa kenaikan kasus COVID-19 di dalam negeri masih terkendali.
Foto: ANTARA/Fransisco Carolio
Tim Satuan Tugas COVID-19 Kota Medan memeriksa empat sampel swab antigen pengunjung salah satu kafe saat razia protokol kesehatan di Marelan, Medan, Sumatera Utara, Sabtu (12/3/2022) malam. Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Syahril mengatakan bahwa kenaikan kasus COVID-19 di dalam negeri masih terkendali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Syahril mengatakan bahwa kenaikan kasus COVID-19 di dalam negeri masih terkendali. Kasus saat ini masih di bawah standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Angka-angka standar yang diberikan WHO masih di bawah standar semua," ujar ujar Syahril dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (10/6/2022).

Baca Juga

Ia mengemukakan angka positivity rate Indonesia sebesar 1,15 persen. Angka ini masih di bawah standar WHO, yakni lima persen.

Kemudian, katanya, data transmisi kasus komunitas di Indonesia juga masih rendah, yakni sebesar 1,03 kasus per 100.000 jiwa penduduk per minggu. Angka itu kurang dari 20 kasus per 100.000 jiwa penduduk per minggu.

Lalu, ada 0,11 per 100.000 jiwa penduduk yang menjalani rawat inap di rumah sakit per minggu, juga masih di bawah yang ditetapkan WHO di angka lima rawat inap per 100.000 penduduk per minggu.

Untuk angka kematian di Indonesia sebesar 0,01 per 100.000 penduduk per minggu, juga masih di bawah standar WHO, yakni kurang dari satu kematian per 100.000 penduduk per minggu.

"Angka ini menunjukkan bahwa walaupun ada kenaikan kasus pasca-lebaran, kita masih di bawah standar," tuturnya.

Oleh karena itu, Syahril meminta masyarakat tidak panik meski subvarian COVID-19 Omicron BA.4 dan BA.5 muncul di dalam negeri. Ia mengatakan varian BA.4 dan BA.5 tidak menyebabkan gejala buruk ketika menginfeksi, bahkan cenderung tak bergejala.

"Kita tidak perlu panik walau saat ini ada kenaikan kasus, sebab gejalanya ringan, bahkan tidak ada gejala," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement