Sabtu 11 Jun 2022 00:29 WIB

Rangkuman Tren Kasus Covid-19 di Indonesia Selama Penularan Omicron

Indonesia telah melewati puncak gelombang penularan Omicron pada 16 Februari 2022.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Andri Saubani
Sejumlah pengunjung menikmati suasana di dekat air terjun di kawasan wisata alam Bantimurung yang baru dibuka kembali di Maros, Sulawesi Selatan, Selasa (15/3/2022). Kawasan wisata yang menawarkan panorama alam dan air terjun dengan hawa yang sejuk itu dibuka kembali untuk umum setelah sempat ditutup akibat melonjaknya kasus positif COVID-19 terutama varian Omicron.
Foto: ANTARA/Basri Marzuki
Sejumlah pengunjung menikmati suasana di dekat air terjun di kawasan wisata alam Bantimurung yang baru dibuka kembali di Maros, Sulawesi Selatan, Selasa (15/3/2022). Kawasan wisata yang menawarkan panorama alam dan air terjun dengan hawa yang sejuk itu dibuka kembali untuk umum setelah sempat ditutup akibat melonjaknya kasus positif COVID-19 terutama varian Omicron.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia mengalami tren peningkatan sebesar 31 persen selama tiga pekan terakhir. Tercatat tiga hari terakhir lebih dari 500 kasus yang terkonfirmasi Covid-19.

Diketahui, Indonesia telah melewati puncak gelombang Omicron pada 16 Februari 2022 lalu yang mencatatkan angka konfirmasi sebanyak 64.718. Setelah puncak kasus tersebut, kasus positif Covid-19 berangsur-angsur menurun.

Baca Juga

Berdasarkan rangkuman data Satgas Covid-19, dua pekan setelah puncak Omicron (16 Februari-28 Februari) rata-kasus konfirmasi Covid-19 adalah 48.624 kasus. Dua pekan setelah itu, (1 Maret - 14 Maret), kasus konfirmasi Covid-19 menurun signifikan, tercatat rata-rata konfirmasi Covid-19 selama dua pekan tersebut adalah 23.976 kasus.

Bahkan, pada 14 Maret 2022, kasus konfirmasi harian Covid-19 terus mengalami tren penurunan hingga 9.629. Angka tersebut lebih rendah dari catatan 28 Januari lalu yang sempat di angka 9.905.

Jelang bulan suci Ramadan, kasus konfirmasi Covid-19 juga terus menurun. Tercatat, dalam dua pekan terakhir di bulan Maret (15 Maret-31 Maret) rata-rata konfirmasi Covid sebanyak 6.812. Dua pekan di awal bulan Ramadan rata-rata kasus Covid-19 di Indonesia juga terus menurun (1 April - 14 April) yakni sebanyak 1.694.

Angka konfirmasi Covid-19 menjelang hari Raya Idul Fitri juga terus menurun, bahkan selalu di bawah angka 1.000. Dua pekan terakhir di bulan April (15 April - 30 April), rata-rata kasus konfirmasi Covid sebanyak 566.

Tren angka konfirmasi kasus Covid-19 di bawah angka 500 kasus bertahan selama bulan Mei. Tercatat pada awal Mei 2022 (1 Mei-14 Mei), rata-rata kasus konfirmasi Covid-19 berada di angka 253.

Dua pekan terakhir di bulan Mei tren konfirmasi kasus Covid-19 juga masih terus berada di bawah angka 500. Rata-rata konfirmasi kasus Covid-19 pada dua pekan terakhir di bulan Mei (15 Mei-29 Mei) sebanyak 276 kasus.

Namun, pada awal Juni 2022, kasus konfirmasi Covid-19 kembali mengalami tren peningkatan. Tercatat di awal Juni (30 Mei-10 Juni) rata-kasus konfirmasi Covid-19 naik dua kali lipat di angka 412. Bahkan, pada Jumat (10/6/2022), dilaporkan sebanyak 627 kasus harian Covid-19.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan ada dua penyebab kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia. Pertama adalah kenaikan yang disebabkan adanya perayaan hari raya besar, kemudian penyebab kedua adalah karena adanya varian baru.

"Kenaikan dari kasus itu selalu disebabkan oleh varian baru jadi kita sudah memastikan bukan disebabkan oleh liburan atau hari raya besar tapi lebih terhadap varian baru," kata Budi di Jakarta, Jumat.

"Dan varian baru itu kan ada jenjang-jenjangnya ada yang monitoring kemudian varian of interest yang paling tinggi adalah varian of concern, varian of concern yang terakhir ada di WHO adalah Omicron," sambung Budi.

Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengingatkan pemerintah bahwa kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia belum sepenuhnya terkendali. Menurut Dicky, benteng yang dapat dibuat adalah dengan mempercepat pemberian vaksinasi dosis ketiga atau booster guna meningkatkan imunitas di masyarakat.

"Kita harus sadari bahwa (capaian) vaksinasi booster kita masih di bawah 50 persen dari total populasi apalagi kelompok yang berisiko, nah ini yang harus kita kejar," kata Dicky, Jumat.

Menurut Dicky, peran vaksinasi booster menjadi vital untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus Covid-19 akibat kemungkinan adanya varian baru. Ia pun berharap agar pemerintah menjadikan vaksin penuh untuk Covid-19 dengan tiga dosis.

"Kecenderungannya dosis penuh ini tiga dosis di Covid-19, ini menjadi PR untuk kita khususnya di luar Jawa," kata dia.

 

photo
Infografis rekombinan omicron. - (Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement