REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Kamis (9/6/2022) menegaskan bahwa pemilihan umum selanjutnya di Turki akan diadakan pada waktunya, pertengahan Juni tahun depan, dan tidak akan dimajukan. Ungkapan itu mengakhiri spekulasi soal waktu pemilu.
Berbicara pada pertemuan Dewan Penasihat Provinsi Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) di provinsi Aegean Izmir, Erdogan juga mengumumkan dia akan mencalonkan diri lagi dalam pemilihan presiden tahun depan.
“Calon presiden untuk Aliansi Rakyat adalah Recep Tayyip Erdogan,” kata dia, merujuk pada aliansi antara Partai AK dan Partai Gerakan Nasionalis (MHP).
“Sama seperti kita melakukan proyek dan pelayanan untuk negara kita yang seharusnya berlangsung berabad-abad tapi kita lakukan hanya selama 20 tahun terakhir, saya berharap kita akan membangun Turki yang hebat dan kuat bersama lagi dalam beberapa hari mendatang,” ucap Erdogan.
Partai AK pertama kali meraih kekuasaan dalam pemilu pada November 2002. Turki akan mengadakan pemilihan nasional pada Juni 2023, dan warga Turki juga akan memilih 600 anggota parlemen.
Presiden dan anggota parlemen dipilih untuk masa jabatan lima tahun, meski presiden juga memiliki wewenang untuk menyerukan pemilihan awal. Setelah menjabat sebagai perdana menteri sejak 2003, Erdogan terpilih sebagai presiden sejak 2014.