REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Hadi Nur Ramadhan, founder (pendiri) Rumah Sejarah Indonesia (RSI), memenuhi undangan khusus dari Gubernur Sumatera Barat, Datuak Marajo Buya Mahyeldi Ansharullah, di Rumah Istana Gubernur, Padang, Sumatera Barat, Ahad (5/6). “Tanah minang kental dengan nilai-nilai sejarah, terkhusus sejarah pergerakan,” ungkap Hadi, memulai perbincangan.
Kepada orang nomor satu di Sumbar itu, Hadi mengaku, selama 16 tahun, RSI berhasil mengumpulkan karya-karya ulama Minang. Nama-nama besar seperti Haji Rasul, Buya Natsir, Buya Hamka, Haji Agus Salim, Syaikhah Rahmad El-Yunusiyyah, turut terarsipkan di Pusat Dokumentasi Tamaddun miliknya.
“Nama-nama tokoh tersebut, hanyalah sampel dari sekian banyak kekayaan intelektual Minang yang perlu diapresiasi pemerintah dan masyarakat,” kata Hadi seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (11/6).
Mendengar paparan Hadi, dengan mata berbinar, apresiasi penuh hadir di benak sang Gubernur. Pasalnya kekayaan-kekayaan intelektual ini perlu diinformasikan kepada khalayak.
“In Syaa Allah, dalam jangka waktu dekat akan dibuat kegiatan-kegiatan kebudayaan dan peradaban yang akan menginformasikan kekayaan intelektual tokoh-tokoh tanah Minang,” ujar Mahyeldi.
Lanjut membincang besarnya kontribusi ulama Minang, Hadi mengatakan besarnya pengaruh Syeikh Khatib Al-Minangkabawi bagi kedua ulama yang kelak mendirikan dua ormas Islam terbesar, Hasyim Asy’ari dan Ahmad Dahlan.
“Lahirnya Nahdatul Ulama dan Muhammadiyyah, yang didirikan Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari dan Ahmad Dahlan, sejatinya tidak terlepas dari jasa Syeikh Khatib Al-Minagkabawi, ulama besar Minang yang menetap di tanah suci Mekkah,” papar Hadi penuh bangga.
Selain mengungkap kontribusi ulama Minang, Hadi pun berharap rumah-rumah bersejarah di Sumbar diberi perhatian lebih besar lagi. “Saya harap, rumah-rumah tokoh itu dapat menjadi heritage, jadi pusat kebudayaan dengan pendekatan edukasi pariwisata,” tuturnya.
Bagi Hadi, generasi muda haruslah memiliki kesadaran tinggi untuk merawat ingatan sejarah. Sebab kita akan belajar banyak dari perjalanan dan pengorbanan para pendiri bangsa. “Dengan memperlajari sejarah kita bisa melanjutkan, dengan begitu kita bisa kuat, tanggung jawab, dan selalu tumbuh dalam bingkai persatuan Indonesia,” terangnya.
Pertemuan yang berlangsung selama dua jam itu, memantik lahirnya komitmen Gubernur untuk bersama melanjutkan kerja-kerja peradaban di tanah Minang.
Selain memenuhi undangan Gubernur, founder RSI pun mengunjungi destinasi bersejarah, seperti Rumah Syaikhah Rahmah El Yunusiyah, Museum Buya Hamka, serta bersilaturahim bersama Ustadz Jel Fathullah, salah satu ulama Minang di Fathullah Center, Padang, Sumatera Barat.