Sabtu 11 Jun 2022 15:51 WIB

Lima IAIN Transformasi Jadi UIN, Ini Harapan Kemenag

Harapan Kemenag atas transformasi lima IAIN menjadi UIN.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Lima IAIN Transformasi Jadi UIN, Ini Harapan Kemenag. Foto:   Logo Kementerian Agama
Foto: kemenag.go.id
Lima IAIN Transformasi Jadi UIN, Ini Harapan Kemenag. Foto: Logo Kementerian Agama

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Kementerian Agama resmi mengubah status enam Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Transformasi kampus Islam negeri ini ditandai dengan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) No 84, 85, 86, 87, dan 88 tanggal 8 Juni 2022 terkait transformasi lima IAIN menjadi UIN.

"Lima kampus UIN baru kembali lahir dari rahim Kementerian Agama. Dengan bertambahnya lima UIN ini, maka sekarang ada 29 UIN di Indonesia," ujar Dirjen Pendidikan Islam, Prof M Ali Ramdhani dalam siaran pers yang diterima, Sabtu (11/6/2022).

Baca Juga

Lima IAIN yang berubah bentuk menjadi UIN itu adalah Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus Batusangkar, Universitas Islam Negeri Sjech M Djamil Djambek Bukittinggi, Universitas Islam Negeri KH Abdurrahman Wahid Pekalongan, Universitas Islam Negeri Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan, dan Universitas Islam Negeri Salatiga.

Ali Ramdhani mengatakan, perubahan bentuk ini harus diikuti dengan adanya transformasi keilmuan secara menyeluruh agar kiprah UIN di masyarakat semakin luas. Menurut dia, perubahan bentuk ini juga dilakukan dalam rangka memenuhi tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan proses integrasi keilmuan Agama Islam dengan sains, serta mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.  

“Semoga cita-cita dan harapan mulia ini terwujud,” ucap dia.

Sementara itu, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Amien Suyitno berharap, perubahan bentuk ini diikuti dengan adanya perubahan peningkatan mutu dan kualitas. Penguatan bidang Sarpras, SDM Penelitian dan pengabdian kepada masyarakat menjadi sangat penting.

“Kampus UIN harus mampu menyelenggarakan integrasi keilmuan agama Islam dan sains yang memiliki distingsi atau pembeda terhadap prodi yang ada pada perguruan tinggi lain,” kata Guru Besar UIN Raden Fatah Palembang tersebut.

“Ternyata kerja kolektif, kolegial dan prosedural bisa cepat juga transformasi. Tidak ada yang merasa dilangkahi, dan saling respek. Semoga menjadi "lesson learn" untuk kita semua, pentingnya memperkuat sinergitas,” jelas dia.

Lebih lanjut, Suyitno juga menekankan agar perubahan bentuk kelembagaan IAIN menjadi UIN ini diiringi dengan perubahan mindset dari para pimpinan, dosen, tenaga pendidik, dan pihak terkait agar perubahan ini tidak hanya nama, tetapi perubahan semua lini. Sehingga, transformasi ini mampu mengantarkan UIN pada level perguruan tinggi dunia.

"Perubahan bentuk kelembagaan IAIN menjadi UIN harus menjadi momentum perubahan mindset dari seluruh pimpinan, dosen, tenaga pendidik, dan stakeholders, sehingga mampu mengantarkan sebagai wolrd class university," imbuhnya.

Rangkaian proses transformasi ini dimulai dengan presentasi kelima IAIN ini di hadapan tim Kemenag RI pada September 2020. Presentasi dilakukan setelah terbitnya Peraturan Menteri Agama (PMA) 20 tahun 2020 tentang Perubahan Bentuk Perguruan Tinggi Keagamaan. Saat itu, ada 10 PTKIN yang melakukan presentasi, namun hanya enam yang dianggap lolos sesuai kriteria PMA. 

Dari enam PTKN tersebut, dilakukan tahap visitasi oleh tim Kemenag RI. Hasil visitasi selanjutnya dikirim ke KemenPANRB pada tahun 2021, untuk dilakukan visitasi oleh Tim KemenPANRB. Tahap selanjutnya adalah terbit izin prakarsa, izin prinsip, hingga akhirnya terbit Perpres.

Sebelum Perpes lima UIN terebit, para pihak juga telah melakukan pertemuan secara intensif untuk membahas PMA tentang Organisasi dan Tata Kerja (Ortaker) UIN agar kampus bisa membuka Fakultas Sains dan Teknologi.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement