REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali Trisno Nugroho mengharapkan ekonomi Bali pada kuartal II 2022 bisa tumbuh di atas dua persen. Peningkatan ekonomi ini seiring dengan peningkatan aktivitas pariwisata.
"Kami harap pertumbuhan ekonomi Bali pada kuartal II dapat tumbuh di atas 2 persen, setelah sebelumnya tumbuh sebesar 1,46 persen pada triwulan I 2022," kata Trisno Nugroho di Denpasar, Sabtu (11/6/2022).
Sektor pariwisata yang masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Bali diproyeksikan lebih baik pada 2022 dibandingkan tahun 2021, meskipun masih lebih rendah dibandingkan kondisi sebelum pandemi tahun 2019.
Pihaknya mencatat untuk bulan Mei 2022, rata-rata harian jumlah wisatawan domestik dan asing meningkat masing-masing sebesar 49 persen (mtm) dan 85 persen (mtm). Kenaikan jumlah kunjungan wisatawan domestik ke Bali terutama disebabkan libur panjang hari besar keagamaan nasional Idul Fitri dan kebijakan pelonggaran mobilitas masyarakat.
Sementara itu kenaikan jumlah kunjungan wisatawan asing disebabkan pembukaan penerbangan langsung dari luar negeri dan kebijakan pelonggaran PPLN (Pelaku Perjalanan Luar Negeri).
TetapiTrisno juga mengingatkan kondisi ekonomi dunia masih dihadapkan pada banyak tantangan. Hal ini diakibatkan oleh masih berlangsungnya perang antara Ukraina dan Rusia yang berdampak pada koreksi pertumbuhan ekonomi dunia. "Perkembangan konflik geopolitik Rusia dan Ukraina juga berdampak pada peningkatan harga pangan global yang pada akhirnya ditransmisikan ke peningkatan harga pangan domestik. Kebijakan proteksi bahan pangan yang dilakukan oleh beberapa negara seperti India dan Malaysia, turut meningkatkan tekanan harga pangan global," ujarnya.
Trisno juga menyampaikan perkembangan inflasi di Provinsi Bali pada bulan Mei sebesar 0,71 persen (mtm). Beberapa komoditas penyumbang inflasi antara lain canang sari, angkutan udara, cabai merah, bimbingan belajar, serta bioskop.
Sebelumnya saat melaksanakan rakor Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Buleleng belum lama ini, Trisno juga memberikan beberapa rekomendasi dalam pengendalian harga, diantaranya melakukan operasi pasar murah dan memperluas kerja sama antar daerah.
Selanjutnya memanfaatkan smart farmingdalam peningkatan produktivitas pertanian.Dalam pengendalian inflasi, Trisno juga berharap Perumda dapat berperan lebih jauh sebagai off taker untuk komoditas pertanian, tidak hanya dalam pengelolaan pasar.