REPUBLIKA.CO.ID, CHEMNITZ -- Brandeilig, sebuah organisasi anti diskriminasi yang berbasis di Chemnitz Jerman melaporkan terdapat hampir 840 laporan tentang penyerangan, perusakan, dan ancaman terhadap masjid-masjid di Jerman sepanjang 2014 sampai 2022.
Seperti dilansir Abna 24 pada Ahad (12/6/2022), berdasarkan analisis kejahatan yang terjadi pada 2018 mengungkap bahwa pelaku penyerangan masjid tidak teridentifikasi di sebagian besar wilayah di Jerman. Kejahatan itu memicu penyerangan selanjutnya terhadap tempat ibadah umat Muslim oleh kelompok neo Nazi atau ekstrimis sayap kiri.
Di antara 120 serangan yang tercatat terhadap masjid pada tahun 2018, hanya ada sembilan kasus di mana pelakunya dapat diidentifikasi. "Tingkat ini menimbulkan kekhawatiran," kata para ahli di Brandeilig.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam setidaknya 20 kasus, termasuk pembakaran, tersangka bertujuan untuk menyebabkan kematian atau kerusakan tubuh yang parah.
Brandeilig mendirikan pusat pelaporan pertama di Jerman untuk serangan terhadap masjid dan para ahlinya mengatakan hampir tidak ada insiden (yang dilaporkan) yang dapat diselesaikan. Diketahui bahwa Jerman adalah negara berpenduduk lebih dari 83 juta orang yang memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis.