REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pemilih Prancis memberikan hak suara mereka dalam putaran pertama pemilihan parlemen. Hasil pemilihan dua putaran ini akan menentukan apakah parlemen diisi anggota partai Presiden Emmanuel Macron atau oposisi.
Kurang dari dua bulan setelah terpilih kembali Macron harus menghadapi tantangan berat dari blok kiri dalam pemilihan parlemen. Jajak pendapat menunjukkan oposisi dapat menyulitkan presiden mendapatkan kursi mayoritas tanpa perlu menguasai seluruh parlemen.
Pada Ahad (12/6/2022), pejabat pemerintah berkuasa memprediksi hasil pemilihan tidak akan terlalu baik bagi koalisi Macron. Angka abstain tampaknya akan mencapai rekor. Blok kiri Jean-Luc Melenchon berharap dapat menarik suara dari kemarahan rakyat atas naiknya biaya hidup.
"Saya memberi suara dengan harapan, tidak untuk presiden kami saat ini," kata Michel Giboz yang memilih blok NUPES yang dipimpin Melechon di tempat pemungutan suara di distrik 18 Paris.
Sementaran itu Ivan Warren yang memilih Macron di pemilihan presiden ingin melihat parlemen diisi koalisinya. "Penting bagi saya kami memiliki pemerintah yang kuat yang memperbolehkan kami untuk mewakili Prancis dengan cara yang paling efektif," kata ilmuwan komputer berusia 56 tahun itu.
Kemampuan Macron untuk meloloskan agenda-agenda reformasinya akan ditentukan pemilihan ini. Termasuk reformasi pensiun yang menurutnya penting untuk memperbaiki anggaran publik. Oposisi dari sayap kiri mendorong usia pensiun dikurangi dan pemerintah mengeluarkan banyak pengeluaran.
"Kami memperkirakan putaran pertama yang sulit, pemilih ingin memberi sinyal, tapi kami mengandalkan putaran kedua untuk menunjukkan program Melenchon hanya fantasi," kata sumber dari pemerintah yang tidak disebutkan namanya.