Ahad 12 Jun 2022 21:22 WIB

Dinkes Palu: Kemarau Basah Berpotensi Picu DBD dan Diare

Kemarau basah menimbulkan genangan di tempat-tempat tertentu.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Petugas melakukan pengasapan (fogging) di permukiman warga (ilustrasi). Dinas Kesehatan Kota Palu, Sulawesi Tengah, mengatakan, kemarau basah terjadi di daerah ituberpotensi memicu penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan diare karena kondisi lingkungan yang buruk.
Foto: ANTARA/Fauzan
Petugas melakukan pengasapan (fogging) di permukiman warga (ilustrasi). Dinas Kesehatan Kota Palu, Sulawesi Tengah, mengatakan, kemarau basah terjadi di daerah ituberpotensi memicu penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan diare karena kondisi lingkungan yang buruk.

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Dinas Kesehatan Kota Palu, Sulawesi Tengah, mengatakan, kemarau basah terjadi di daerah ituberpotensi memicu penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan diare karena kondisi lingkungan yang buruk.

"Kemarau basah (kemarau tetapi masih turun hujan) menimbulkan genangan di tempat-tempat tertentu. Genangan air bisa memicu berkembangnya jentik nyamuk Aedes aegypti," kata Kabid Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Palu Rochmat Jasin dihubungi di Palu, Ahad (12/6/2022).

Baca Juga

Menurut dia, air hujan yang tertampung dalam waktu lama menjadi tempat berkembang biak jentik nyamuk Aedes aegypti, sehingga perlu dibersihkan termasuk menguras bak mandi sesering mungkin serta mengubur barang-barang bekas.

Sebagai bentuk upaya pencegahan, maka masyarakat diimbau melakukan langkah menguras, mengubur dan menutup (3M) serta membiasakan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungan masing-masing. Salah satunya membersihkan saluran air dari sampah.

"Ini langkah praktis dilakukan mencegah penularan DBD, tapi terkadang sering diabaikan. Kesadaran terhadap kebersihan lingkungan sangat penting untuk kepentingan kesehatan keluarga maupun orang lain," tutur Rochmat.

Selain DBD, kondisi ini juga rentan terhadap penyakit diare yang di bawah hewan atau serangga tertentu ke dalam rumah.

"Contoh sederhana, lingkungan rumah yang kotor pasti dihinggapi lalat dengan jumlah banyak, di tambah kondisi lembab akibat sering turun hujan. Lalat masuk dalam rumah membawa berbagai kuman, sehingga besar potensi diare," ucap Rochmat.

Sebagai upaya antisipasi dan penanggulangan, maka kebersihan harus diutamakan, selain itu petugas lapangan di masing-masing Puskemas juga melakukan promosi kesehatan (Promkes), termasuk penggunaan asap atau fogging. Ia juga mengimbau warga, perlu memperhatikan kehigienisan bahan makanan saat memasak, karena dengan PHBS kesejahteraan kesehatan keluarga terlindungi.

"Pemerintah sebatas mengimbau, dan kesadaran tentang kesehatan sangat penting," demikian kata Rochmat.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement