Senin 13 Jun 2022 14:42 WIB

Kenali Dampak Fenomena Astronomi Langka 9 Tahunan yang Terjadi pada Juni-Juli

Bulan Baru Mikro diapit 2 Bulan Purnama Super yang terjadi pada 2 bulan berurutan.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Supermoon. ilustrasi
Foto: AP/Emrah Gurel
Supermoon. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mulai besok, ada tiga fenomena antariksa langka yang akan terjadi. Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), tiga fenomena itu adalah Purnama Stroberi Super (Full Strawberry Supermoon), Bulan Baru Stroberi Mikro (New Strawberry Supermoon), dan Purnama Rusa Super (Full Buck Supermoon).

Fenomena mulai terjadi pada 14 Juni hingga 14 Juli. Purnama Stroberi Super merupakan purnama yang terjadi pada bulan Juni. Sedangkan Purnama Rusa Super adalah purnama yang terjadi pada bulan Juli.

Baca Juga

Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN Andi Pangerang mengatakan peristiwa purnama tahun ini istimewa karena bertepatan dengan Bulan Purnama Super (Full Supermoon) atau disebut Purnama Perige (Perigeal Full Moon). Selain itu, Bulan Baru Stroberi bertepatan dengan Bulan Baru Mikro (New Micromoon) atau Bulan Baru Apoge (Apogeal New Moon).

“Kali ini, Bulan Baru Mikro diapit oleh dua Bulan Purnama Super yang terjadi pada dua bulan berturut-turut. Fenomena ini terakhir terjadi pada tahun 2004 dan 2013. Bisa dikatakan, fenomena ini terjadi setiap sembilan tahun sekali. Nantinya akan kembali terjadi pada tahun 2031 dan 2040,” kata Andi dalam keterangan tertulis, Senin (13/6/2022).

Namun, sama seperti fase bulan baru pada umumnya, ada dampak yang ditimbulkan, yaitu pasang laut yang lebih tinggi dibandingkan hari biasa. “Adanya konfigurasi matahari-bumi-bulan atau bisa juga matahari-bulan-bumi yang berada di posisi segaris membuat pasang yang lebih besar. Apalagi konfigurasi ini juga diperkuat dengan bulan yang berada di titik terdekat dengan bumi,” ujarnya.

Andi menjelaskan pasang laut tertinggi akan terjadi pada 14 Juni dan 14 Juli. Dia menyarankan bagi nelayan untuk tidak melaut dua hari sebelum dan dua hari sesudah puncak fenomena, yakni antara 12 hingga 16 Juni dan 12 hingga 16 Juli 2022. Perhitungan itu hanya mempertimbangkan faktor astronomis tanpa melihat gelombang laut akibat badai angin.

Andi mengingatkan pasang laut pada 29 Juni secara astronomis juga perlu dipertimbangkan. "Gaya pasang laut saat Bulan Baru Mikro sebesar 52 persen dari gaya pasang laut saat Bulan Perbani Super sehingga perlu diwaspadai juga. Pasang laut antara dua hari sebelum dan dua hari sesudah puncak fenomena, antara 27 Juni hingga 1 Juli 2022,” tambahnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement