Harga Cabai Melambung, Pemilik Warung Makan Kurangi Menu Masakan
Rep: c02/ Red: Yusuf Assidiq
Ahmad Gayuh, pemilik warung makan, sedang mengambilkan lauk untuk pelanggan | Foto: Muhammad Noor Alfian
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Harga cabai rawit melejit hingga Rp 90 per kilogram membuat pemilik warung makan di Yogyakarta terpaksa mencari alternatif lain. Mulai dari mengurangi menu makanan hingga mencari pengganti cabai rawit.
Ahmad Gayuh, salah satu pemilik warung makan di Karangmalang, mengeluhkan mahalnya harga cabai saat ini. Pasalnya, naiknya harga cabai memengaruhi sajian menu di warungnya.
"Ya kami terpaksa mengurangi sambal, atau tidak menjual menu geprekan dulu karena cabai masih mahal. Kalau kami naikkan harga, tidak enak sama langganan yang kebanyakan juga anak kos," kata Ahmad, Senin (12/6/2022).
Ia menerangkan, biasanya membeli seperempat kg cabai rawit merah dengan harga Rp 10 ribu di Pasar Demangan. Namun, karena sekarang harga cabai tinggi, ia menyesuaikan agar semua bahan masakan dapat terbeli.
"Tidak banyak sih, biasanya kami beli seperempat kg. Tetapi karena mahal sekitar Rp 21 ribu jadi beli Rp 10 ribu sedapatnya saja, biar bisa beli sayur yang lainnya juga," ungkap Ahmad.
Selain itu, Ahmad mengatakan tidak hanya cabai rawit merah yang harganya naik, tapi bahan pokok lain juga. Ia menerangkan bahwa selain cabai, sayur, dan daging ayam ikut naik.
"Harga tomat capai Rp 15 per kgnya, jadi sekarang cuma beli empat sampai lima butir yang biasanya beli satu kg. Selain itu harga ayam juga naik dari Rp 34 jadi Rp 40 per kg. Kacang panjang dari enam ribu sampai Rp 10 ribu per kg. Kubis dari lima ribu per kg sekarang sembilan ribu ke atas," ungkap Ahmad.
Oleh karena itu, ia lantas menyiasati dengan mengganti cabai rawit merah dengan memakai cabai rawit putih. Bahkan, terkadang ia tidak menyediakan sambal.
"Saya siasati penjualan sambalnya dengan kadang bikin dan kadang enggak. Selain itu, untuk sambal rawit merah diganti rawit putih ditambah cabe keriting agar rasanya masih bisa diterima," ungkapnya