Senin 13 Jun 2022 16:57 WIB

6 Planet Berbaris Sejajar Selama Subuh Bulan Juni

Merkurius, Venus, Uranus, Mars, Jupiter, dan Saturnus tampak sejajar di langit.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
6 planet sejajar di langit tampak pada Subuh.
Foto: brin
6 planet sejajar di langit tampak pada Subuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bulan Juni penuh dengan fenomena antariksa. Selain Purnama Stroberi Super, ada juga konfigurasi segaris enam planet di tata surya, yaitu Merkurius, Venus, Uranus, Mars, Jupiter, dan Saturnus.

Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang mengatakan konfigurasi atau Parade Langit sebenarnya sudah bisa disaksikan sejak dini hari mulai tanggal 4 Juni 2022. Selama Juni, ada tiga konfigurasi yang terjadi.

Baca Juga

“Konfigurasi pertama terdiri dari sejajarnya Merkurius, Venus, Uranus, Mars, Jupiter, dan Saturnus pada 4 hingga 15 Juni 2022. Konfigurasi kedua dengan susunan planet Merkurius, Venus, Uranus, Mars, Jupiter, Saturnus, dan bulan pada 16 hingga 27 Juni 2022. Lalu diakhiri dengan konfigurasi dengan susunan pertama pada 28 hingga 30 Juni 2022,” kata Andi dalam keterangan tertulis, Senin (13/6).

Andi menjelaskan fenomena tersebut dapat disaksikan selama kurang lebih 50 menit sesuai dengan waktu fajar di setiap wilayah. Mulai dari awal fajar astronomis dengan ketinggian matahari -18° atau 75 menit sebelum matahari terbit (sekitar pukul 04.30 waktu setempat) hingga fajar bahari dengan ketinggian matahari -6° atau 25 menit sebelum matahari terbit (sekitar pukul 05.30 waktu setempat).

“Sejak 4 hingga 30 Juni, Merkurius akan memiliki kecerlangan yang bervariasi antara +2,06 hingga -0,61. Hal ini menunjukkan Merkurius akan semakin terang sampai di penghujung bulan Juni. Sedangkan untuk Venus bervariasi, antara -3,94 hingga -3,89 yang artinya akan sedikit redup pada akhir Juni,” ujarnya.

Sementara untuk Uranus bervariasi, antara +5,89 hingga +5,87 yang artinya Uranus akan sedikit lebih terang pada akhir Juni. Serupa dengan Mars, Jupiter, dan Saturnus yang berturut-turut bervariasi, antara +0,57 hingga +0,47, -2,25 hingga -2,41, dan +0,68 hingga +0,56.

Lebih lanjut, Andi mengatakan, fenomena tersebut dapat dilihat dengan mata telanjang. “Semua fenomena ini dapat disaksikan tanpa alat bantuk optik, kecuali Uranus. Karena kecerlangannya lebih besar +4,7 dari batas magnitude visual maksimum bagi wilayah perkotaan sehingga diperlukan teleskop kecil berdiameter 10-25 cm agar dapat menyaksikan Uranus,” tuturnya.

Bagi masyarakat yang ingin menyaksikan, dia menyarankan agar memanfaatkan cuaca cerah, bebas dari polusi cahaya, dan medan pandang yang bebas dari penghalang. Bahkan, bagi wilayah yang polusi cahayanya nyaris tidak ada atau kondisi langit bersih, Uranus dapat disaksikan tanpa menggunakan teleskop karena kecerlangan lebih kecil dari +6,5.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement