Selasa 14 Jun 2022 06:03 WIB

Masa Depan Masjid Bersejarah di Pesisir Bangladesh Terancam Pemanasan Global

Perubahan iklim adalah salah satu ancaman terbesar yang dihadapi situs warisan budaya

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ani Nursalikah
Masjid 60 Kubah di Kota Masjid di selatan Bangladesh, Bagerhat yang berada di pesisir terancam perubahan iklim.
Foto: Wikimedia Commons
Masjid 60 Kubah di Kota Masjid di selatan Bangladesh, Bagerhat yang berada di pesisir terancam perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, BAGERHAT -- Sejak abad ke-15, Kota Masjid di selatan Bangladesh yang didominasi oleh Masjid 60 Kubah yang terbuat dari batu bata telah menjadi tujuan ziarah bagi orang Bangladesh dan turis. Tetapi masjid 60 kubah dan puluhan masjid abad pertengahan lainnya, bangunan umum, makam, dan kuburan di pertemuan Sungai Gangga dan Sungai Brahmaputra menghadapi masa depan yang semakin tidak pasti di tengah suhu bumi yang menghangat.

"Saya percaya jika saya menginginkan sesuatu dan mengunjungi masjid, Allah akan mengabulkan keinginan saya dan saya akan melihat kesuksesan di masa depan," kata seorang mahasiswa, Shofik Ahamed yang mengunjungi situs warisan dunia itu pada liburan Idul Fitri baru-baru ini seperti dikutip dari Scroll In, Senin (13/6/2022).

Baca Juga

Kendati demikian, perubahan iklim membawa lebih banyak panas dan curah hujan yang ekstrem, banjir, erosi, dan gelombang air asin di delta selatan dataran rendah Bangladesh dengan ratusan sungai. Di kota masjid, perubahan seperti itu merusak struktur bersejarah, menyebabkan permukaan batu bata yang sudah tua hancur lebih cepat, dan memungkinkan jamur dan tanaman tumbuh.

Peneliti mengatakan, badai yang lebih kuat dan gelombang badai juga merusak struktur, seperti meningkatnya intrusi air melalui tanah dan udara yang merembes ke gedung-gedung bersejarah. Kenaikan permukaan laut yang didorong oleh perubahan iklim merupakan ancaman besar bagi situs warisan dunia ini. Profesor Universitas Khulna, Mahfuz-ud-Darain sejak 2017 telah melihat dampak semacam itu pada warisan budaya Bangladesh selatan.

Ancaman di kota masjid mirip dengan yang dihadapi sekitar 127 situs arkeologi yang dilindungi, banyak di antaranya masjid bersejarah di distrik pesisir Bangladesh. "Setidaknya 50 (situs) telah rusak akibat memburuknya dampak iklim," ujar Direktur Wilayah Khulna untuk Departemen Arkeologi pemerintah Bangladesh Afroza Khan.

Mahfuz-ud-Darain percaya pada pertengahan abad ini, dampak perubahan iklim akan menjadi ancaman utama bagi situs warisan negara dan mengatakan perencanaan harus dimulai sekarang untuk melindunginya. "Ketika dampak iklim menguat, renovasi normal tidak akan berhasil di masjid-masjid ini," kata dia memperingatkan.

Kota masjid Bagerhat sebelumnya dikenal sebagai Khalidatabad yang didirikan oleh jenderal Turki Ulugh Khan Jahan dan berkembang sampai kematiannya pada 1459. Saat ini sebagian besar struktur bata yang dipugar awal abad lalu setelah ditinggalkan dan ditutupi hutan setelah kematian Jahan.

"Monumen semacan itu mewakili tradisi suatu negara," kata profesor di departemen arkeologi Universitas Jahangirnagar, Mostafizur Rahman.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement